"BAPA KAMI YANG ADA DI SURGA"
I. "Kita Berani Mendekat dengan Penuh Kepercayaan"
Di
dalam liturgi Ekaristi Romawi umat diundang, mendoakan Bapa Kami dengan
keberanian seorang anak. Liturgi-liturgi Timur menggunakan ungkapan-ungkapan
yang serupa dengan itu: "berani dengan penuh kepercayaan" dan
"jadikanlah kami layak". Dari semak duri yang menyala disampaikan
kepada Musa: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari
kakimu" (Kel 3:5). Hanya Yesus dapat melewati ambang pintu kekudusan
ilahi. Setelah Ia "selesai mengadakan penyucian dosa" (Ibr. 1:3), Ia
membimbing kita ke depan hadirat Bapa: "Sesungguhnya, inilah Aku dan
anak-anak yang telah diberikan Allah kepada-Ku" (Ibr 2:13).
"Sebenarnya
kita harus menyembunyikan diri dalam kesadaran bahwa kita hanyalah hamba
belaka, makhluk dari tanah yang harus menjadi debu, apabila bukan perintah
kekuasaan Bapa, apabila bukan Roh Putera-Nya sendiri mengajak kita untuk
berseru: 'Ya Abba, ya Bapa' (Rm 8:15)... Bilamanakah satu makhluk yang fana
berani menamakan Allah itu Bapa, kalau bukan kekuatan-kekuatan surga
menghidupkan batin manusia?" (Petrus Krisologus, serm. 71).
Kekuasaan
Roh, yang menghantar kita kepada doa Tuhan, diuraikan dalam liturgi Timur dan
Barat dalam istilah yang indah dan benar-benar Kristen, parrhesia, yang sama
artinya dengan kejujuran yang terus-terang, kepercayaan seorang anak, keyakinan
yang gembira, keberanian yang rendah hati, dan kepastian bahwa dicintai Bdk. Ef 3:12; Ibr 3:6; 4:16; 10: 19; 1 Yoh 2:29;3:21;5:14.
II. "Bapa"
Sebelum
kita menjadikan seruan doa Tuhan yang pertama ini milik kita, haruslah dengan
rendah hati kita bersihkan hati kita dari gambaran-gambaran palsu "dunia
ini". Kerendahan hati itu membuat kita mengakui: "Tidak seorang pun
mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan
menyatakannya", yakni "orang-orang kecil" (Mat 11:25-27).
Pembersihan
hati menyangkut gambaran mengenai bapa dan ibu, yang berasal dari perkembangan
pribadi kita dan kebudayaan kita dan mempengaruhi hubungan kita dengan Allah.
Allah Bapa kita berada di atas gagasan-gagasan dunia tercipta ini. Siapa yang
di bidang ini memindahkan gagasannya sendiri kepada Allah, ia menciptakan untuk
dirinya berhala-berhala, yang akan ia sembah atau tolak. Berdoa kepada Bapa
berarti masuk ke dalam misteri-Nya sebagaimana ada-Nya dan seperti Putera
menyatakan-Nya kepada kita.
"Ungkapan
'Allah Bapa' tidak pemah diwahyukan kepada seorang pun. Ketika Musa sendiri
bertanya kepada Allah, siapa nama-Nya, ia mendengar satu nama yang lain. Kepada
kita nama itu dinyatakan dalam Putera, karena dalam nama 'Putera' sudah
tercakup nama baru 'Bapa' (Tertulianus, or. 3).
Kita
dapat menyapa Allah sebagai "Bapa", karena Putera-Nya yang menjadi
manusia telah mewahyukan-Nya kepada kita dan karena Roh-Nya memperkenalkan-Nya
kepada kita. Kita percaya, bahwa Yesus adalah Kristus dan bahwa kita dilahirkan
dari Allah Bdk. 1 Yoh 5:1.. Dengan demikian Roh Putera mengikutsertakan kita dalam hubungan
pribadi Putera dengan Bapa-Nya Bdk.
Yoh 1:1.
Manusia
tidak dapat membayangkan itu, malaikat tidak dapat menduganya. Kalau kita
berdoa kepada Bapa, kita berada dalam persekutuan dengan Dia dan dengan
Putera-Nya Yesus Kristus Bdk. 1 Yoh 1:3.. Sementara itu kita mengenal dan mengakui-Nya dengan keheranan
yang selalu baru. Perkataan pertama dalam doa Tuhan adalah sembah puji, sebelum
ia menjadi seruan permohonan. Karena demi kehormatan Allah, kita mengakui-Nya
sebagai "Bapa" dan sebagai Allah yang benar. Kita berterima kasih
kepada-Nya, bahwa Ia telah menganugerahkan kepada kita, percaya kepada-Nya, dan
menjadi tempat tinggal kehadiran-Nya. Kita dapat menyembah Bapa, karena dengan
menjadikan kita anak angkat-Nya dalam Putera-Nya yang tunggal Ia telah
menganugerahkan kepada kita kelahiran kembali ke dalam kehidupan-Nya. Melalui
Pembaptisan Ia memasukkan kita ke dalam Tubuh Kristus, yang Terurapi, dan
melalui pengurapan dengan Roh-Nya, yang mengalir dari Kepala ke
anggota-anggota, Ia membuat kita juga menjadi "terurapi".
"Karena
Tuhan telah menentukan bahwa kita menjadi anak angkat-Nya, Ia telah membuat
kita serupa dengan Tubuh Kristus yang dimuliakan. Dan setelah kamu mengambil
bagian pada yang Terurapi, maka dengan alasan kuat kamu dinamakan
terurapi" (Sirilus dari Yerusalem, catech. myst.3.1).
"Manusia
baru yang dilahirkan kembali dan diberikan kembali kepada Allahnya oleh
rahmat-Nya berkata pertama-tama "Bapa", karena ia telah menjadi
anak-Nya" (Siprianus,Dom.orat. 9). Di dalam doa Tuhan kita diwahyukan
kepada diri kita sendiri Bdk. GS 22,1., karena serentak Bapa diwahyukan kepada kita.
"0
manusia, engkau tidak berani mengangkat wajah ke langit, engkau menundukkan
pandangan ke bumi, dan dengan tiba-tiba engkau menerima rahmat Kristus: semua
dosamu telah diampuni. Dari seorang hamba yang jahat engkau telah menjadi
seorang putera yang baik ... Jadi, angkatlah pandanganmu kepada Bapa... yang
telah menebus engkau melalui Putera-Nya, dan berkatalah: 'Bapa kami'... Jangan
sekali-kali mengandalkan hak istimewa. Ia hanyalah Bapa yang sebenarnya dalam hubungan
dengan Kristus, sedangkan kita diciptakan oleh-Nya. Karena itu berkatalah
karena rahmat: 'Bapa kami' supaya layak menjadi anak-Nya" (Ambrosius,
sacr. 5,19).
Anugerah
rahmat ini, yakni pengangkatan sebagai anak, menuntut dari kita satu pertobatan
yang terus-menerus dan satu kehidupan baru. Doa Bapa Kami harus mengembangkan
dua sikap dasar di dalam kita. Kerinduan dan kehendak, supaya menjadi serupa
dengan Dia. Karena kita sudah diciptakan menurut citra-Nya, maka karena rahmat,
keserupaan dengan Dia itu diberikan lagi kepada kita. Kita harus menyesuaikan
diri dengan citra itu. "Kalau kita menamakan Allah itu Bapa, kita juga
harus bersikap sebagai puteraputera Allah" (Siprianus, Dom. orat. 11).
"Kamu
tidak dapat menamakan Bapamu itu Allah dari segala yang baik, kalau kamu
mempunyai hati yang tidak manusiawi dan kejam. Karena dalam hal itu kamu tidak
lagi memiliki tanda kebaikan dari Bapa surgawi di dalam kainu" (Yohanes
Krisostomus, hom. in Mat 7:14).
"Kita
harus tanpa henti-hentinya memandang keindahan Bapa dan membiarkan jiwa kita
diresapi oleh-Nya" (Gregorius dari Nisa, or. dom.2).
Hati
yang merendahkan diri dan penuh kepercayaan. Hati macam ini membuat kita
menjadi "seperti anak kecil" (Mat 18:3), karena Bapa menyatakan diri
kepada "orang kecil" (Mat 11:25).
"[Doa
Bapa Kami adalah satu penengadahan kepada Allah sendiri, satu api cinta yang
besar. Jiwa lebur, tenggelam di dalam cinta yang kudus dan berbicara dengan
Allah seperti dengan Bapanya sendiri, sangat mesra, dalam cinta seorang anak
yang sangat khusus, lemah lembut." (Yohanes Kasianus, coll. 9,18).
"Bapa
Kami: sambil kita berdoa, nama ini menimbulkan di dalam kita sekaligus cinta,
simpati ... dan juga harapan, bahwa menerima apa yang kita minta ...
Bagaimana
Ia dapat menolak doa anak-anak-Nya, kalau sebelumnya Ia sudah mengizinkan
mereka menjadi anak-anak-Nya?" (Agustinus, serm. Dom. 2,4,16).
III. Bapa "Kami"
Sapaan
Bapa "kami" diarahkan kepada Allah. Dari pihak kita kata ganti ini
bukan menyatakan suatu pemilikan, melainkan satu hubungan yang baru sama sekali
dengan Allah. Kalau kita mengatakan Bapa "kami", kita mengakui lebih
dahulu bahwa semua janji cinta-Nya, yang diumumkan para nabi, telah dipenuhi
dalam Kristus dalam perjanjian baru dan kekal: sekarang kita menjadi
umat-"Nya" dan Ia Allah "kita". Hubungan baru ini adalah
satu anugerah keanggotaan. Dalam cinta dan kesetiaan Bdk. Hos 2:21-22; 6:1-6. kita
sekarang harus menjawab "kasih karunia dan kebenaran" (Yoh 1:17),
yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Yesus Kristus.
Karena
doa Tuhan adalah doa umat-Nya dalam "zaman-zaman terakhir" maka kata
"kami" ini juga menyatakan kepastian harapan kita atas janji Allah
yang terakhir. Di dalam Yerusalem baru Ia mengatakan kepada pemenang: "Aku
akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku" (Why 21:7).
Kalau
kita berdoa Bapa "kami", secara pribadi kita berpaling kepada Bapa
Tuhan kita Yesus Kristus. Kita tidak membagi ke-Allah-an, karena Bapa adalah
"sumber dan asalnya". Sebaliknya dengan itu kita mengakui bahwa dari
kekal Putera telah dilahirkan oleh-Nya dan Roh Kudus keluar dari Dia. Kita juga
tidak mencampur adukkan Pribadi-pribadi karena kita mengakui bahwa kita
mempunyai persekutuan dengan Bapa dan Putera-Nya Yesus Kristus dalam Roh
Kudus-Nya yang satusatunya.
Tritunggal
Mahakudus itu sehakikat dan tidak terbagi. Kalau kita berdoa kepada Bapa, kita
menyembah Dia dan memuliakan Dia bersama dengan Putera dan Roh Kudus.
Kata
"kami" menandakan sesuatu yang dimiliki bersama oleh sejumlah orang.
Ada hanya satu Allah, dan Ia diakui sebagai Bapa oleh mereka yang, karena iman
kepada Putera tunggal-Nya, dilahirkan kembali dari air dan dari Roh Kudus Bdk. 1 Yoh 5:1; Yoh 3:5. Gereja
adalah persekutuan baru antara Allah dan manusia ini. Bersatu dengan Putera
tunggal-Nya, "yang menjadi yang sulung di antara banyak saudara" (Rm
8:29) ia terikat dalam persekutuan dengan Bapa yang satu dan sama, dalam Roh
Kudus yang satu dan sama Bdk. Ef 4:4-6.. Setiap orang beriman, yang berdoa Bapa "kami", berdoa
di dalam persekutuan ini: "Kumpulan orang beriman itu sehati dan sejiwa"
(Kis 4:32).
Karena
itu, kendati perpecahan di antara orang Kristen, doa kepada Bapa
"kita" tetap menjadi milik bersama semua yang telah dibaptis dan
merupakan satu ajakan yang mendesak bagi mereka. Diikat oleh iman bersama
kepada Kristus dan oleh Pembaptisan, mereka harus berdoa bersama Yesus untuk
kesatuan murid-murid-Nya Bdk. UR 8; 22.
Kalau
dengan jujur kita berdoa "Bapa kami", kita menyingkirkan
individualisme, karena cinta yang kita terima, membebaskan kita darinya.
"Kami" pada awal doa Tuhan sebagaimana "kami" dalam empat
permohonan terakhir, tidak mengucilkan seorang pun. Supaya dapat didoakan
dengan jujur Bdk. Mat 5:23-24; 6:14-16., semua perpecahan dan pertentangan harus diatasi.
Yang
sudah dibaptis tidak dapat berdoa kepada Bapa "kami", tanpa membawa
semua orang, untuk siapa Putera-Nya yang terkasih telah menyerahkan Diri, ke
hadirat Allah. Cinta Allah itu tanpa batas, dan doa kita pun harus demikian
pula Bdk. NA5.
Bapa
kami membuka bagi kita seluruh keluasan cinta Bapa yang telah menjadi tampak
dalam Kristus. Kita berdoa bersama semua orang dan untuk semua manusia yang
belum mengenal Bapa, supaya "mengumpulkan dan mempersatukan lagi anak-anak
Allah yang tercerai-berai" (Yoh 11:52). Keprihatinan ilahi ini bagi semua
manusia dan bagi seluruh ciptaan ini menjiwai semua pendoa yang besar; ia harus
menghantar doa kita kepada satu cinta dengan hati terbuka lebar, apabila kita
beraniberkata: Bapa "kami".
IV. "Di Surga"
Ungkapan
biblis ini tidak berbicara tentang suatu tempat [ruang], tetapi satu cara
berada; bukan tentang jauhnya Allah, melainkan keagungan-Nya. Bapa kita itu
bukan "di tempat lain", melainkan Ia ada "di seberang segala
sesuatu" yang dapat kita pikirkan mengenai kekudusan-Nya. Justru karena Ia
tiga kali kudus, maka Ia dekat dengan hati yang rendah dan penuh sesal.
"Sepantasnya
orang beranggapan bahwa kata-kata "Bapa kami yang ada di surga"
berbicara tentang hati orang yang jujur, di mana Allah tinggal seperti dalam
kenisah-Nya. Karena itu, juga pendoa akan menghendaki dan merindukan bahwa Ia
yang ia sapa, tinggal di dalam dia" (Agustinus, serm. Dom. 2,5,17).
"Surga
dapat juga berarti mereka, yang membawa gambaran dunia surgawi dalam dirinya
dan di mana Allah tinggal dan berjalan-jalan" (Sirilus dari Yerusalem,
catech. myst. 5,11).
Lambang
surga menunjuk misteri perjanjian, yang kita hayati, apabila kita berdoa kepada
Bapa. Ia ada dalam surga. Inilah tempat tinggal-Nya. Jadi rumah Bapa adalah
juga "tanah air" kita. Dosa telah menghalau kita dari tanah
perjanjian Bdk. Kej 3. dan pertobatan hati membiarkan kita kembali lagi kepada Bapa di
surga Bdk. Yer 3:19-4:1a; Luk 15:18. 21.. Di dalam Kristus, surga dan bumi diperdamaikan lagi Bdk. Yes 45:8; Mzm 85:12., karena
hanya Putera "turun dari surga", dan hanya Ia membiarkan kita naik
kembali ke surga bersama Dia melalui salib, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke
surga Bdk. Yoh 12:32; 14:2-3; 16:28; 20:17;
Ef 4:9-10; Ibr 1:3; 2:13..
Kalau
Gereja mendoakan "Bapa kami yang ada di surga" ia mengakui bahwa kita
adalah umat Allah, yang "tersembunyi bersama dengan Kristus" (Kol
3:3) telah mempunyai "satu tempat di surga" Bdk. Ef 2:6.. Ia juga
mengakui bahwa pada waktu yang sama juga berlaku bagi kita: "Di dalam
kemah ini kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi
di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini" (2 Kor 5:2) Bdk. Flp 3:20; Ibr 13:14..
"Mereka
[orang Kristen] berada di dalam daging, tetapi mereka tidak hidup menurut
daging. Mereka tinggal di bumi, tetapi mereka itu warga surga" (Diognet
5,8-9).
TEKS-TEKS SINGKAT
Kepercayaan yang sederhana dan setia, harapan yang rendah
hati dan gembira adalah sikap yang dengannya kita harus mendoakan Bapa Kami. Kita
dapat menyapa Allah sebagai "Bapa", karena Putera Allah yang telah
menjadi manusia, menyatakan-Nya kepada kita. Oleh Pembaptisan kita sudah
dijadikan anggota Putera Allah dan anak angkat Allah.
Doa Tuhan memasukkan kita ke dalam persekutuan dengan Bapa
dan dengan Putera-Nya Yesus Kristus. Doa ini sekaligus menyatakan kita kepada
diri kita sendiri di dalam doa ini Bdk.GS 22,1..
Doa kepada Bapa kita harus membangkitkan di dalam kita
kehendak menjadi serupa dengan Dia, dan membuat hati kita menjadi remuk redam
dan penuh kepercayaan.
Kalau kita menamakan Allah Bapa "kita", kita
mendasarkan diri atas perjanjian baru dalam Yesus Kristus, atas persekutuan
dengan Tritunggal Mahakudus dan atas cinta ilahi, yang dengan perantaraan
Gereja meluas ke seluruh bumi.
Di "surga " tidak berarti tempat, tetapi
keagungan Allah dan kehadiran-Nya di dalam hati orang-orang yang benar Surga,
rumah Bapa, adalah tanah air yang sesungguhnya, kita mengejarnya dan sekarang
kita sudah termasuk di dalamnya.
KETUJUH PERMOHONAN
Sesudah
kita menempatkan diri di hadirat Allah, Bapa kita, untuk menyembah-Nya, mencintai-Nya
dan memuji-Nya, Roh keputeraan melambungkan tujuh permohonan, tujuh pujian dari
dalam hati kita. Tiga yang pertama lebih berhubungan dengan Allah dan menarik
kita menuju kemuliaan Bapa; empat yang berikut bagaikan jalan menuju Allah dan
menyerahkan kesusahan kita kepada rahmat-Nya. "Samudera raya berpanggil-panggilan
dengan deru air terjun-Mu" (Mzm 42:8).
Ketiga
permohonan pertama membawa kita menuju Allah, demi diri-Nya sendiri; nama-Mu,
Kerajaan-Mu dan kehendak-Mu. Adalah unsur hakiki dari cinta, bahwa ia lebih
dulu ingat dia yang dicintai. Dalam setiap dari tiga permohonan itu kita tidak
berbicara tentang diri sendiri, melainkan kita memberi diri ditangkap oleh "kerinduan
yang membara" dan oleh "keprihatinan" Putera terkasih menyangkut
kemuliaan Bapa-Nya Bdk. Luk 22:15; 12:50.: "dimuliakanlah ... datanglah ... jadilah... " Ketiga permohonan
ini sudah dipenuhi dalam kurban Yesus, Penebus; tetapi sekarang, selama Allah
belum jadi segalanya di dalam semua Bdk.
1 Kor 15:28., permohonan itu oleh harapan diarahkan
kepada penyelesaian definitif.
Permohonan-permohonan
yang berikut berlangsung seturut arah beberapa epiklese Ekaristi; mereka
mempersembahkan harapan kita dan menarik pandangan Bapa kerahiman atas dirinya.
Mereka keluar dari kita dan menyangkut kita sekarang ini, di dunia ini:
"berilah kami ... ampunilah kami ... janganlah masukkan kami ... bebaskanlah
kami ... " Permohonan keempat dan kelima berhubungan dengan kehidupan
kita: kita harus dikuatkan oleh makanan dan disembuhkan dari dosa.
Dua
permohonan terakhir menyangkut perjuangan doa: perjuangan kita demi kemenangan
kehidupan.
Oleh
tiga permohonan pertama kita dikuatkan dalam iman, dipenuhi oleh harapan dan
dinyalakan oleh cinta. Karena kita makhluk dan masih berdosa, kita juga harus berdoa
untuk diri sendiri. Kita, yang takluk pada batas-batas dunia dan sejarah, menyerahkan
diri kepada cinta Allah kita yang tidak terbatas. Karena melalui nama Kristus
dan Kerajaan Roh-Nya, Bapa kita menyelesaikan rencana keselamatan-Nya untuk
kita dan seluruh dunia.
I. Dimuliakanlah Nama-Mu
[Permohonan
pertama dalam terjemahan yang lazim dipakai umat Katolik di Indonesia berbunyi:
"dimuliakanlah nama-Mu". Terjemahan lebih harfiah ialah: "dikuduskanlah
nama-Mu". Karena seluruh uraian selanjutnya berputar di sekitar gagasan
kekudusan, maka di sini umumnya kita gunakan terjemahan: "dikuduskanlah"].
Perkataan
"kuduskan" di sini tidak boleh dimengerti dalam arti menyebabkan (hanya
Allah menguduskan, membuat kudus) tetapi terutama dalam arti penilaian:mengakui
sesuatu sebagai kudus dan memperlakukannya demikian. Karena itu seruan
"dikuduskanlah..." dalam penyembahan kadang-kadang diartikan sebagai pujian
dan syukur Bdk. Mzm 111:9; Luk 1:49.. Tetapi permohonan ini diajarkan oleh Yesus kepada kita dalam
bentuk keinginan: inilah satu permohonan, satu kerinduan dan satu penantian di
mana Allah dan manusia ikut terlibat. Permohonan pertama dari Bapa Kami sudah
langsung membenamkan kita ke dalam misteri ke-Allah-an-Nya dan ke dalam karya
keselamatan bagi umat manusia. Permohonan kita bahwa nama-Nya dikuduskan,
memasukkan kita ke dalam "keputusan penuh rahmat yang diambil lebih
dahulu" supaya dalam cinta kita hidup kudus dan tak bercela di hadapan
Allah. Bdk. Ef 1:9.4.
Tuhan
menyatakan nama-Nya dalam kejadian-kejadian yang menentukan dalam tata
keselamatan-Nya, di mana Ia menyelesaikan karya-Nya. Tetapi karya ini terjadi untuk
kita dan di dalam kita hanya, apabila nama-Nya dikuduskan oleh kita dan di dalam
kita.
Kekudusan
Allah adalah pusat misteri-Nya yang kekal, yang sukar didekati. Apa yang nyata
tentang Dia dalam ciptaan dan dalam sejarah, dinamakan Kitab Suci kemuliaan,
pancaran kemuliaan-Nya Bdk. Mzm 8; Yes
6:3.. Allah memahkotai manusia "dengan
kemuliaan dan hormat" (Mzm 8:6), karena Ia menciptakannya sebagai "gambar",
seturut "rupa"-Nya (Kej 1:26). Tetapi oleh karena dosa, manusia
"telah kehilangan kemuliaan Allah" (Rm 3:23). Dengan demikian Allah
menyatakan kekudusan-Nya, dengan menyatakan dan menyampaikan nama-Nya, untuk menciptakan
manusia baru "menurut gambaran Khaliknya" (Kol 3: 10).
Oleh
janji kepada Abraham dan sumpah yang menguatkannya Bdk. Ibr 6:13., Allah mewajibkan
Diri, tetapi tanpa menyingkap nama-Nya. Baru kepada Musa Ia mulai menyatakannya
Bdk. Kel 3:14., dan Ia memperlihatkan nama-Nya itu di depan mata seluruh bangsa,
dengan membebaskan mereka dari orang Mesir: "Ia menjadi tinggi luhur"
(Kel 15:1). Sejak perjanjian di Sinai bangsa ini menjadi milik-Nya; Ia
dipanggil untuk menjadi bangsa yang "kudus" (atau
"ditahbiskan" - dalam bahasa Ibrani kata yang sama) Bdk. Kel 19:5-6., karena
nama Allah berdiam di dalamnya.
Allah,
Yang Kudus Bdk. Im 19:2: "Kuduslah kamu,
sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus"., selalu
secara baru lagi memberi kepada bangsa ini hukum yang kudus dan dengan
memperhatikan nama-Nya sendiri, Ia selalu bersabar. Tetapi bangsa ini berpaling
dari Yang Kudus Israel dan menajiskan nama-Nya di antara bangsa-bangsa Bdk. Kel 20; 36.. Karena
itu orang-orang jujur dari Perjanjian Lama, orang miskin yang telah kembali
dari pembuangan dan para nabi dipenuhi oleh semangat yang bernyala-nyala untuk nama-Nya.
Akhirnya
dinyatakan dan diberikan kepada kita di dalam Yesus, nama Allah yang kudus di
dalam daging sebagai penyelamat Bdk.
Mat 1:21; Luk 1:31.. Ia dinyatakan oleh pribadi-Nya,
kata-kata-Nya dan oleh kurban-Nya Bdk.
Yoh 8:28; 17:8; 17:17-19.. Inilah inti doa Imam
Agung: Bapa yang kudus "Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka
pun dikuduskan dalam kebenaran" (Yoh 17:19). Oleh karena Yesus sendiri "menguduskan"
nama-Nya Bdk. Yeh 20:39; 36:20-21., maka Ia "mewahyukan" nama Bapa (Yoh 17:6). Pada akhir
Paska-Nya, Bapa menganugerahkan kepada-Nya nama yang lebih besar daripada
segala nama: Yesus adalah Tuhan demi kemuliaan Allah, Bapa Bdk. Flp 2:9-11..
Dalam
air Pembaptisan kita telah dibersihkan, dikuduskan, dan "dibenarkan dalam nama
Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita" (1 Kor 6:11). Allah telah memanggil
kita, supaya "menjadi kudus" dalam seluruh kehidupan kita ( 1 Tes
4:7): "Oleh Dia kamu berada dalam Yesus Kristus, yang oleh Allah telah
menjadi kekudusan bagi kita" (1 Kor 1:30). Permohonan, agar nama-Nya
dikuduskan di dalam kita dan oleh kita, menyangkut kehormatan-Nya dan kehidupan
kita. Karena itu permohonan pertama sangat mendesak.
"Oleh
siapa Allah dapat dikuduskan, karena Dia sendiri yang menguduskan? Tetapi
karena Ia sendiri telah mengatakan: 'Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini,
Tuhan, kudus'(Im 20:26), kita lalu memohon, bahwa kita yang dikuduskan dalam
Pembaptisan, berpegang teguh pada keberadaan yang telah mulai diberikan kepada
kita. Dan untuk itu kita berdoa hari demi hari; karena kita membutuhkan
pengudusan setiap hari, supaya kita yang berdosa setiap hari, dapat
membersihkan lagi dosa-dosa kita oleh pembasuhan yang terus-menerus ... Kita
berdoa, supaya pengudusan ini tinggal di dalam kita" (Siprianus Dom. orat.
12).
Bergantung
pada kehidupan dan sekaligus pada doa kita apakah nama-Nya dikuduskan di antara
bangsa-bangsa: "Kita berdoa, agar Allah menguduskan nama-Nya, yang oleh
kekudusan-Nya menyelamatkan dan menguduskan seluruh ciptaan ... Itulah nama
yang memberikan kembali keselamatan, yang telah hilang, kepada dunia. Tetapi
kita berdoa, supaya nama Allah dikuduskan di dalam kita oleh kehidupan kita.
Kalau kita berbuat baik, nama Allah dipuji; kalau kita berbuat buruk, maka Ia
akan dihujah sesuai dengan perkataan Rasul: 'Sebab oleh karena kamulah nama
Allah dihujah di antara bangsa-bangsa' (Rm 2:24; Yeh 36:20-22). Karena itu kita
berdoa, supaya memperoleh sekian banyak kekudusan di dalam hati kita,
sebagaimana nama Allah kudus adanya" (Petrus Krisologus, serm. 71).
"Kalau
kita mengatakan: 'dikuduskanlah nama-Mu', kita berdoa, agar Ia dikuduskan di
dalam kita yang sudah menjadi milik-Nya, demikian pula di dalam orang lain yang
masih dinantikan rahmat Allah, sehingga dengan demikian kita juga patuh kepada
peraturan, supaya berdoa bagi semua orang, juga bagi musuh-musuh kita. Karena
itu, kita tidak secara khusus berdoa 'dikuduskanlah nama-Mu di dalam kami',
karena kita berdoa agar Ia dikuduskan dalam semua manusia" (Tertulianus,
or. 3).
Permohonan
pertama ini yang mencakup semua orang lain, seperti enam permohonan yang lain,
dikabulkan oleh doa Kristus. Doa kepada Bapa kita adalah doa kita, kalau itu
didoakan dalam nama Yesus Bdk. Yoh 14:13;
15:16; 16:24.26.. Yesus berdoa dalam doa Imam Agung-Nya:
"Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu yaitu nama-Mu yang
telah Engkau berikan kepada-Ku" (Yoh 17:11).
II. Datanglah "Kerajaan-Mu"
Dalam
Perjanjian Baru, kata basileia dapat diterjemahkan dengan "kerajaan" (pengertian
abstrak), "wilayah kerajaan" (pengertian konkret) atau
"pemerintahan" (pengertian bertindak). Kerajaan Allah sudah ada.
Kerajaan itu telah mendekat dalam Sabda yang menjadi manusia, telah diumunikan
dalam seluruh Injil dan telah datang dalam kematian dan kebangkitan Kristus.
Sejak perjamuan malam terakhir Kerajaan Allah datang dalam Ekaristi; ia ada di
tengah kita. Kerajaan Allah akan datang dalam kemuliaan, apabila Kristus akan
menyerahkannya kepada Bapa.
"Kristus
sendiri juga dapat merupakan Kerajaan Allah itu, kepada Siapa kita berseru
setiap hari dalam kerinduan kita, dan yang kedatangan-Nya kembali kita nantikan
dengan tidak sabar lagi. Oleh karena Ia sendiri adalah kebangkitan kita, karena
kita akan bangkit dalam Dia, karena itu Ia sendiri juga dapat diartikan sebagai
Kerajaan Allah, karena kita akan memerintah di dalam Dia" (Siprianus, Dom.
orat. 13).
Permohonan
ini adalah "Maranatha", seruan Roh dan mempelai: "Datanglah
Tuhan Yesus!"
"Juga
andaikata di dalam doa ini tidak ada perintah, supaya mendoakan kedatangan
Kerajaan, namun kita dengan sendirinya harus mengeluarkan seruan ini dan
bergegas-gegas untuk merangkul harapan kita. Di bawah altar, jiwa-jiwa para
martir memohon dari Tuhan dengan seruan nyaring: 'Berapa lama lagi Engkau tidak
menghakimi dan tidak membalaskan darah kami terhadap mereka yang diam di bumi?'
(Why 6:10). Karena kepada mereka akan diberikan kebenaran pada akhir zaman.
Tuhan, semoga dipercepatkanlah kedatangan Kerajaan-Mu" (Tertulianus, or.
5).
Doa
Tuhan terutama berbicara tentang kedatangan definitif Kerajaan Allah dengan kedatangan
kembali Kristus Bdk. Tit 2:13.. Kerinduan ini tidak menyelewengkan Gereja dari perutusannya di
dunia ini, tetapi mewajibkan dia untuk melakukannya. Sejak Pentekosta
kedatangan Kerajaan adalah karya Roh Kudus, yang "melanjutkan karya Kristus
di dunia dan menyelesaikan segala pengudusan" (MR, Doa Syukur Agung IV).
"Kerajaan
Allah... adalah kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus" (Rm
14:17). Zaman-zaman terakhir, di mana kita hidup adalah waktu pencurahan Roh
Kudus. Dengan itu mulailah perjuangan yang menentukan antara "daging"
dan "roh" Bdk. Gal 5:16-25..
"Hanya
jiwa yang murni dapat berkata dengan penuh harapan: 'Datanglah Kerajaan-Mu'.
Siapa yang mendengar perkataan Paulus: 'Hendaktlah dosa jangan berkuasa lagi di
dalam tubuhmu yang fana' (Rm 6:12), siapa yang tetap murni dalam perbuatan,
pikiran, dan pembicaraan, dapat berkata kepada Allah: 'Datanglah
Kerajaan-Mu"' (Sirilus dari Yerusalem, catech. myst. 5 13).
Di
bawah bimbingan Roh Kudus, orang-orang Kristen harus membeda-bedakan pertumbuhan
Kerajaan Allah dari kemajuan kultur dan masyarakat, dalamnya mereka hidup.
Pembedaan ini bukanlah pemisahan, karena panggilan manusia menuju kehidupan
kekal tidak membebaskan dia dari kewajiban, untuk memanfaatkan
kekuatan-kekuatan dan sarana-sarana yang diterima dari Allah untuk keadilan dan
perdamaian Bdk. GS 22; 32; 39; 45; EN 31. di dalam dunia, melainkan mempertegas tugas ini.
Permohonan
ini ditopang dan dikabulkan oleh doa Yesus Bdk.
Yoh 17:17-20.. Di dalam Ekaristi doa ini hadir dan berdaya
guna. Permohonan itu berbuah dalam kehidupan baru, yang sesuai dengan sabda
bahagia Bdk. Mat 5:13-16; 6:24; 7:12-13..
III. "Jadilah Kehendak-Mu di Atas Bumi seperti di Dalam
Surga"
Adalah
kehendak Bapa kita, "supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan
akan kebenaran" (1 Tim 2:4). Ia sabar, karena "Ia menghendaki supaya jangan
ada yang binasa" (2 Ptr 3:9) Bdk.
Mat 18:14.. Perintah-Nya yang mencakup semua perintah
lain dan menyatakan kehendak-Nya kepada kita, berbunyi: "Kasihilah sesamamu;
sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling
mengasihi" (Yoh 13:34) Bdk. 1 Yoh 3:4;
Luk 10:25-37..
"Allah
telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya,...
untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala, segala sesuatu... di dalam
Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan - kami yang dari semula ditentukan
untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala
sesuatu bekerja menurut keputugan kehendak-Nya" (Ef 1:9-11).
Demikianfah
kita berdoa terus-menerus, agar keputusan yang berbelaskasihan ini dapat
terlaksana di atas bumi, seperti sekarang ini di surga. Kehendak Bapa dipenuhi
secara sempurna di dalam Kristus oleh kehendak manusiawi-Nya satu kali untuk
selama-lamanya. Pada saat masuk ke dunia Yesus berkata: "Sungguh, Aku
datang; untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku" (Ibr 10:7; Mzm 40:8).
Hanya Yesus dapat mengatakan tentang Diri sendiri, bahwa Ia "senantiasa
berbuat apa yang berkenan kepada Bapa" (Yoh 8:29). Ketika berdoa dalam
sakratul maut Ia menyetujui sepenuhnya kehendak Bapa: "Bukan kehendakKu,
melainkan kehendak-Mulah yang terjadi" (Luk 22:42) Bdk. Yoh 4:34; 5:30; 6:38..
Karena
itu Yesus "menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita... menurut kehendak
Allah dan Bapa kita" (Gal 1:4). "Karena kehendak-Nya inilah kita
telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus"
(Ibr 10:10).
"Dan
sekalipun Ia adalah Anak, Yesus telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya"
(Ibr 5:8). Terlebih hal itu berlaku bagi kita, makhluk yang berdosa, yang telah
menjadi anak angkat di dalam Yesus. Kita memohon kepada Bapa kita, agar Ia
mempersatukan kehendak kita dengan kehendak Putera-Nya supaya kita memenuhi
kehendak-Nya yaitu rencana keselamatan untuk kehidupan dunia. Dari diri kita
sendiri kita sama sekali tidak mampu untuk itu, tetapi bersatu dengan Yesus dan
berkat kekuatan Roh Kudus-Nya kita dapat menyerahkan kehendak kita kepada Bapa
dan memutuskan untuk melakukan apa yang selalu dipilih Putera: melakukan apa
yang berkenan kepada Bapa Bdk. Yoh 8:29..
Kalau
kita setia kepada Kristus, "kita dapat menjadi satu Roh bersama Dia dan dengan
demikian melaksanakan kehendak-Nya; maka kehendak ini akan dilaksanakan secara
sempurna di dunia seperti di dalam surga" (Origenes, or. 26). "Lihatlah,
bagaimana Yesus Kristus mengajar kerendahan hati kepada kita, dengan
menjelaskan kepada kita, bahwa kebajikan bukan hanya hasil usaha kita melainkan
juga hasil rahmat Allah. Juga di sini Ia menyuruh setiap kita, supaya di dalam
doa memperhatikan kesejahteraan seluruh dunia. Oleh karena Ia tidak berkata:
'Jadilah kehendak-Mu' pada aku atau pada kalian, tetapi: 'di seluruh dunia',
supaya segala kekeliruan hilang, kebenaran menjadi tampak, setiap kejahatan
dibasmi, kebajikan masuk, dan dengan demikian tidak ada perbedaan lagi antara
surga dan bumi" (Yohanes Krisostomus, hom. in Mat 19:5).
Dengan
perantafaan doa "kita dapat mengetahui ... manakah kehendak Allah"
(Rm 12:2) Bdk. Ef 5:17., dan "memperoleh ketekunan" untuk "melakukannya"
(Ibr 10:36). Yesus mengajarkan kita bahwa bukan setiap orang yang memakai
banyak kata akan masuk ke dalam Kerajaan surga, "melainkan dia yang
melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga" (Mat 7:21). 2827 "Allah
tidak mendengarkan orang berdosa, tetapi orang-orang yang saleh dan yang
melakukan kehendak-Nya" (Yoh 9:31) Bdk.
1
Yoh 5:14.. Doa
Gereja dalam nama Tuhannya mempunyai kekuatan yang begitu besar, terutama dalam
Ekaristi. Inilah persekutuan syafaat bersama Bunda Allah yang kudus Bdk. Luk 1:38.49. dan semua
orang kudus, yang berkenan kepada Tuhan, karena hanya ingin memenuhi
kehendak-Nya.
"Tanpa
melecehkan kebenaran, kita dapat juga menerjemahkan kata-kata: 'Jadilah kehendakMu
di atas bumi seperti di dalam surga' dengan: 'di dalam Gereja seperti di dalam
Tuhan kita Yesus Kristus; di dalam mempelai yang sudah bertunangan dengannya,
seperti di dalam mempelai pria, yang melakukan kehendak Bapa"' (Agustinus,
serm. Dom. 2,6,24).
IV. "Berilah Kami Rezeki [Sehari-hari] pada Hari
Ini"
Berilah
kami. Sungguh indah kepercayaan anak-anak yang mengharapkan segala sesuatu dari
Bapanya. Bapa "menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang
baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar"
Mat 5:45). "Pada waktunya" Ia
memberi "makanan" (Mzm 104:27) kepada semua makhluk hidup. Yesus
mengajarkan permohonan ini kepada kita untuk memuliakan Bapa kita dengan
mengakui kebaikan-Nya yang tiada taranya.
"Berilah
kami" adalah juga ungkapan perjanjian: Kita adalah milik Allah dan Ia adalah
milik kita dan Ia memperhatikan kita. Dan melalui kata "kami" kita mengakui
Dia pula sebagai Bapa semua manusia. Maka kita berdoa kepada-Nya untuk mereka
semua, sambil menjadikan kebutuhan dan penderitaan mereka keprihatinan kita
juga.
Rezeki
kami. Mustahil bahwa Bapa, yang menganugerahkan kehidupan kepada kita, tidak
memberikan juga makanan serta segala kebutuhan jasmani dan rohani lainnya bagi
kehidupan itu. Dalam khotbah-Nya di bukit Yesus mengajarkan sebuah kepercayaan,
di mana kita merasa terjamin dalam penyelenggaraan Bapa Bdk. Mat 6:25-34.. Dengan
itu Yesus tidak menghendaki kita untuk menerima nasib secara acuh tak acuh Bdk. 2 Tes 3:6-13.. Ia ingih
membebaskan kita dari segala kesusahan dan kecemasan yang menekan hati.
Anak-anak Allah selalu membiarkan diri dalam penyelenggaraan Bapa mereka. "Mereka
yang mencari Kerajaan dan keadilan Allah, akan juga mendapat segala sesuatu
yang lain sesuai dengan janji-Nya. Karen bilasegalasesuatu adalah milik Allah,
maka orang yang memiliki Allah tidak akan kekurangan apa pun, kalau ia sendiri
tidak lupa akan kewajibannya terhadap Allah" (Siprianus, Dom. orat. 21)
Ada
orang yang lapar karena mereka tidak mempunyai makanan. Kenyataan ini menyingkapkan
satu arti yang lebih dalam dari permohonan tadi. Kelaparan di dunia mengajak
semua orang Kristen, yang mau berdoa dengan jujur, supaya melaksanakan tanggung
jawabnya terhadap saudara-saudarinya. Hal ini berkaitan dengan sikap pribadi
dan solidaritas mereka dengan seluruh umat manusia. Maka permohonan dalam doa
Tuhan tadi tidak dapat dipisahkan baik dari perumpamaan Lasarus yang miskin Bdk. Luk 16:19-31., maupun
dari perumpamaan pengadilan terakhir Bdk.
Mat 25:31-46..
Sebagaimana
ragi mengembangkan adonan, demikian Kerajaan Allah harus mengembangkan dunia
dengan bantuan Roh Kristus Bdk. AA 5.. Dan pengaruh ini harus dibuktikan dengan membuat relasi pribadi
dan sosial, tata ekonomi, dan hubungan intemasional menjadi lebih adil.
Sementara itu, tidak boleh dilupakan bahwa tanpa manusia berusaha untuk berlaku
adil, tidak akan tercipta tata dunia yang adil.
Doa
kita menyangkut rezeki "kita": "satu" untuk
"banyak". Menurut sabda bahagia, kebajikan membagi-bagikan termasuk
kemiskinan; yang menyerukan supaya memberikan dan membagi-bagikan barang-barang
rohani dan jasmani, bukan karena terpaksa, melainkan karena cinta, supaya
kelimpahan dari seseorang dapat mencukupkan kekurangan orang lain Bdk. 2 Kor 8:1-15..
"Berdoalah
dan bekerjalah!" Bdk. Benediktus. reg. 20; 48.. "Berdoalah, seakan-akan segala sesuatu bergantung pada
Allah, dan bekerjalah, seakan-akan segala sesuatu bergantung pada kamu".
Juga apabila kita telah melakukan pekerjaan kita, makanan tetap merupakan
anugerah dari Bapa kita; karena itu ada baiknya supaya meminta kepada-Nya,
sambil berterima kasih kepada-Nya untuk itu. Itulah arti dari doa sebelum dan
sesudah makan dalam keluarga Kristen.
Permohonan
ini, dan tanggung jawab yang dituntutnya, berlaku juga untuk satu kelaparan
lain, yang karenanya manusia binasa; "Manusia hidup bukan dari roti saja,
melainkan dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah" (Mat 4:4) Bdk. Ul 8:3., artinya
dari sabda dan dari napas Allah. Orang-orang harus melakukan segala upaya,
supaya "mewartakan Injil kepada orang-orang miskin". Di dunia ada
satu kelaparan lain, "bukan kelaparan akan makanan, bukan kehausan akan
air, melainkan akan mendengarkan firman Tuhan" (Am 8:11). Karena itu arti
yang khas Kristen dari permohonan keempat ini berhubungan dengan roti
kehidupan. Itulah Sabda Allah yang harus kita terima dalam iman, dan tubuh
Kristus yang kita terima dalam Ekaristi Bdk.
Yoh 6:26-58..
Hari
ini adalah ungkapan kepercayaan yang Tuhan ajarkan Bdk. Mat 6:34; Kel 16:19. Kepada kita, dan bukan suatu penemuan yang congkak. Karena ini
terutama menyangkut Sabda Bapa dan tubuh Putera-Nya, maka "hari ini"
bukan saja merupakan kekinian dari waktu kita yang fana, melainkan hari ini
yang adalah milik Allah.
"Kalau
engkau mendapat rezeki setiap hari, maka setiap hari adalah hari ini untukmu.
Kalau Kristus hari ini milikmu, Ia bangkit tiap hari untukmu. Lalu bagaimana?
'Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan hari ini' (Mzm 2:7).
Hari
ini lalu berarti, apabila Kristus bangkit!" (Ambrosius, sacr. 5, 26). Sehari-hari.
Kata ini, epiofisios, hanya terdapat di sini dalam Perjanjian Baru. Kalau dimengerti
dalam arti waktu, ia secara pedagogis mengulang "hari ini" Bdk. Kel 16:19-21., untuk
menguatkan kita dalam satu kepercayaan tanpa syarat. Diterima dalam arti kualitatif,
kata itu berarti yang perlu untuk kehidupan; selanjutnya, setiap barang yang
mencukupi keperluan hidup Bdk. 1 Tim 6:8.. Secara harfiah [epiofisios: melampaui hakikat] kata itu secara
langsung berarti roti kehidupan, tubuh Kristus, dan "obat dari
kebakaan" (Ignasius dari Antiokia, Eph 20,2), dan tanpa itu kita tidak mempunyai
kehidupan di dalam diri kita Bdk.
Yoh 6:53-56.. Bersama arti harfiah menjadi nyata pula
arti surgawi dari permohonan ini: "Hari ini" berarti hari Tuhan. Hari
ini adalah hari perjamuan dalam Kerajaan Allah, yang telah diantisipasi dalam
Ekaristi, prarasa dari Kerajaan yang akan datang. Karena itu cocok, bila
merayakan Ekaristi setiap hari. "Ekaristi adalah roti kita sehari-hari.
Makanan ilahi ini memiliki kekuatan persatuan; ia mempersatukan kita dengan
tubuh Tuhan dan membuat kita menjadi anggota-Nya, sehingga kita menjadi apa
yang kita terima... Roti seharihari ini juga terdapat dalam bacaan-bacaan yang
setiap hari kalian dengarkan di dalam gereja, dalam madah-madah yang kalian
dengarkan dan kalian nyanyikan.
Semuanya
itu kita butuhkan untuk penziarahan kita" (Agustinus, serm. 57,7,7). Bapa
di surga menasihati kita, agar sebagai anak-anak surga meminta roti surgawi ini
Bdk. Yoh 6:51.. Kristus "sendiri adalah roti itu, yang ditaburkan di dalam perawan,
diragikan dalam daging, diremas dalam kesengsaraan, digoreng dalam perapian
makam, disimpan di dalam Gereja, dan dipersembahkan di atas altar. Ia membagi-bagikan
roti ini kepada umat beriman hari demi hari sebagai makanan surgawi"
(Petrus Krisologus, serm. 67).
V. "Ampunilah Kesalahan Kami, seperti Kami pun
Mengampuni yang Bersalah kepada Kami"
Permohonan
ini sungguh mengherankan. Seandainya ia hanya mempunyai bagian pertama dari
kalimat itu, "ampunilah kesalahan kami", maka ia sudah terkandung dalam
tiga permohonan pertama dari Bapa Kami, karena kurban Kristus dimaksudkan demi
pengampunan dosa. Tetapi sesuai dengan bagian kedua dari kalimat itu,
permohonan kita hanya dikabulkan, kalau sebelumnya kita sudah memenuhi satu
tuntutan. Permohonan kita mengarah ke masa depan; jawaban kita sudah harus
mendahuluinya; satu kata menghubungkan keduanya: "seperti"."Ampunilah Kesalahan Kami?"
Dalam
kepercayaan yang berani kita sudah mulai berdoa kepada Bapa kita. Dalam permohonan,
agar nama-Nya dikuduskan kita sudah berdoa pula, supaya kita sendiri semakin
dikuduskan. Walaupun kita memakai pakaian Pembaptisan, kita tidak berhenti
berdosa dan memalingkan diri dari Allah. Sekarang, dalam permohonan baru ini,
kita kembali lagi kepada-Nya seperti anak yang hilang itu Bdk. Luk 15:11-32. dan kita
mengakui diri di depan-Nya sebagai pendosa, seperti yang dilakukan oleh
pemungut cukai Bdk. Luk 18:13.. Permohonan kita mulai dengan "pengakuan", di mana kita
sekaligus mengakui kesusahan kita dan kerahiman Allah.
Harapan
kita tidak tergoyahkan, karena di dalam Putera-Nya "kita memiliki penebusan
yaitu pengampunan dosa" (Kol 1:14; Ef 1:7). Di dalam Sakramensakramen Gereja-Nya
kita mendapat tanda pengampunan-Nya yang berdaya guna Bdk. Mat 26:28; Yoh 20:23. dan tidak diragukan lagi.
Sungguh
mengejutkan bahwa kerahiman ini tidak dapat meresap di hati kita sebelum kita
mengampuni yang bersalah kepada kita. Sebagaimana tubuh Kristus, demikian pula
cinta tidak dapat dibagi-bagi. Kita tidak dapat mencintai Allah yang tidak kita
lihat, kalau kita tidak mencintai saudara dan saudari kita yang kita lihat Bdk. 1 Yoh 4:20.. Kalau
kita menolak mengampuni saudara dan saudari kita, hati kita menutup diri dan
kekerasannya tidak dapat ditembus oleh cinta Allah yang penuh kerahiman. Tetapi
dengan mengakui dosa-dosa, hati kita membuka diri lagi untuk rahmat-Nya.
Permohonan
ini sungguh penting, karena ia adalah satu-satunya yang dibicarakan dan
dijelaskan Tuhan dalam khotbah-Nya di bukit Bdk.
Mat 6:14-15; 5:23-24; Mrk 11:25..
Bagi
manusia memang tidak mungkin untuk memenuhi tuntutan penting dari misteri perjanjian
ini, tetapi "untuk Allah tidak ada yang mustahil". "... seperti Kami pun Mengampuni yang Bersalah kepada
Kami"
"Seperti"
ini bukanlah satu-satunya dalam ajaran Yesus: "Haruslah kamu sempurna, seperti
Bapamu yang di surga adalah sempurna" (Mat 5:48). "Hendaklah kamu murah
hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati" (Luk 6:36). "Aku
memberikan perintah baru kepada kamu yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama
seperti Aku telah mengasihi kamu..." (Yoh 13:34). Tidaklah mungkin
mengikuti perintah Tuhan, andaikata itu berarti mengikuti contoh ilahi secara
lahiriah. Tetapi di sini dimaksudkan satu keikutsertaan yang hidup "yang
keluar dari kedalaman hati", pada kekudusan, kerahiman, dan cinta Allah
kita. Hanya Roh, yang dari-Nya kita "hidup" (Gal 5:25), dapat membuat
Bdk. Flp 2:1.5. sikap Yesus menjadi sikap "kita". Kesatuan pengampunan
menjadi mungkin, apabila kita saling mengampuni, "sebagaimana Allah di
dalam Kristus telah mengampuni kamu" (Ef 4:32).
Dengan
demikian kata-kata Tuhan mengenai pengampunan, artinya cinta yang mencintai
sampai kesudahannya Bdk. Yoh 13:1., menjadi hidup. Perumpamaan tentang hamba yang tidak
berbelas-kasihan, yang mengakhiri ajaran Tuhan mengenai persekutuan Gereja Bdk. Mat 18:23-35., berakhir
dengan perkataan: "Bapa-Ku yang di surga akan berbuat demikian juga kepada
kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap
hatimu". Segala sesuatu bergantung pada segenap "hati". Tidak
berada dalam kekuasaan kita untuk tidak merasakan lagi kesalahan dan dengan
demikian melupakannya; tetapi hati yang membuka diri bagi Roh Kudus, dapat
menjadikan luka ini suatu belas kasihan dan membersihkan pikiran, dengan
menjadikan kesalahan itu suatu syafaat.
Doa
Kristen malahan mengampuni musuh-musuh Bdk.
Mat 5:43-44.. Ia mengubah murid, dengan menjadikannya
serupa dengan Guru-Nya. Pengampunan adalah suatu puncak doa Kristen. Karena
itu, hanya hati yang sesuai dengan belas kasihan ilahi, dapat menerima anugerah
doa di dalam dirinya. Pengampunan membuktikan juga bahwa di dunia kita ini
cinta lebih kuat daripada dosa. Para martir pada masa lampau dan dewasa ini
memberikan kesaksian ini untuk Yesus. Pengampunan adalah syarat utama untuk
perdamaian Bdk. 2 Kor 5:18-21. anak-anak Allah dengan Bapa-Nya dan di antara manusia satu sama
lain".
Pengampunan
ini yang menurut kodratnya bersifat ilahi tidak mengenal takaran maupun batas Bdk. Mat 18:21-22; Luk 17:3-4.. Kalau yang dibicarakan itu adalah kesalahan (menurut Luk 11:4
"dosa"; menurut Mat 6:12 "utang"), maka kitalah sebenarnya orang
yang selalu berutang: "Janganlah kamu berutang apa-apa kepada siapa pun, tetapi
hendaklah kamu saling mengasihi" (Rm 13:8). Persekutuan Tritunggal Mahakudus
adalah asal dan ukuran kemurnian setiap hubungan Bdk. 1 Yoh 3:19-24.. Di dalam
doa, terutama dalam Ekaristi, persekutuan itu dihayati Bdk. Mat 5:23-24..
"Allah
tidak menerima kurban orang yang tidak rela berdamai, dan menjauhkan mereka
dari altar, supaya berdamai dulu dengan saudaranya, supaya melalui permohonannya
yang cinta damai itu mereka juga dapat menemukan perdamaian pada Allah. Kurban
yang paling indah di mata Allah adalah apabila perdamaian dan kerukunan ada di
antara kita dan apabila umat diikat dalam persatuan dengan Bapa dan Putera dan
Roh Kudus" (Siprianus, Dom. orat. 23).
VI. * "Dan Janganlah Masukkan Kami ke Dalam
Percobaan"
Permohonan
ini berakar dalam permohonan yang mendahuluinya, karena dosa kita adalah hasil
dari persetujuan kita kepada percobaan. Kita memohon Bapa kita, supaya jangan
"masukkan" kita ke dalam percobaan. Tidaklah mudah untuk mengungkapkan
dalam satu kata ungkapan Yunani yang kira-kira berarti "janganlah
membiarkan kami masuk ke dalam percobaan" Bdk. Mat 26:41. atau
"janganlah kami dikalahkan olehnya". "Sebab Allah tidak dapat
dicobai oleh yang jahat dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun" (Yak
1:13); Ia malahan lebih banyak hendak membebaskan kita darinya. Kita mohon
kepada-Nya, supaya jangan membiarkan kita berjalan di jalan yang menuju dosa.
Kita berada dalam perjuangan "antara daging dan roh". Demikianlah
permohonan Bapa Kami ini memohon roh pembedaan dan kekuatan.
Roh
Kudus menyanggupkan kita membeda-bedakan antara percobaan, yang memang perlu
sebagai "masa percobaan" penuh harapan (Rm 5:3-5) demi pertumbuhan
manusia batin Bdk. Luk 8:13-15; Kis 14:22; 2 Tim
3:12., dan godaan yang membawa dosa dan kematian Bdk. Yak 1:14-15.. Kita
juga harus membeda-bedakan antara "digoda" dan "menyetujui
godaan". Selanjutnya anugerah pembedaan membuka kedok penipuan godaan:
kelihatannya benda itu indah, menarik, dan "sedap" (Kej 3:6), tetapi
pada hakikatnya ia menggiring menuju kematian.
"Allah
tidak memaksakan kebaikan, tetapi Ia menghendaki makhluk bebas... Juga godaan
mempunyai kebaikannya. Di luar Allah tidak seorang pun tahu apa yang sudah
diterima jiwa kita dari Allah, kita sendiri pun tidak. Tetapi godaan membuka
rahasia, supaya mengajar kita, agar mengenal diri sendiri dan dengan demikian
menemukan kesusahan kita; dan supaya mewajibkan kita, untuk berterima kasih
bagi semua yang baik, yang telah godaan singkapkan bagi kita" (Origenes,
or. 29).
Supaya
dapat melawan godaan, dibutuhkan satu keputusan hati. "Karena di mana hartamu,
di situ juga hatimu... Tidak ada seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan"
(Mat 6:21.24). "Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga
dipimpin oleh Roh" (Gal 5:25). Dalam "persetujuan" ini kepada
Roh Kudus, Bapa memberi kita kekuatan. "Percobaan yang kamu alami adalah
percobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan
karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada
waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu
dapat menanggungnya (1 Kor 10:13).
Tetapi
kemenangan dalam perjuangan yang demikian itu hanyalah mungkin di dalam doa.
Yesus mengalahkan penggoda sejak awal Bdk.
Mat 4:1-11. sampai kepada perjuangan terakhir dalam
sakratul maut-Nya Bdk. Mat 26:36 -44. melalui doa. Dengan demikian, dalam permohonan ini kepada Bapa
kita Kristus mempersatukan kita dengan peduangan-Nya dan sakratul maut-Nya.
Kita dinasihati dengan sangat, supaya dalam persekutuan dengan Dia, membuat
hati kita waspada Bdk. Mrk 13:9.23.33-37; 14:38; Luk
12:35-40.. Kewaspadaan adalah "penjaga"
hati. Yesus memohon untuk kita kepada Bapa-Nya dengan perkataan: "Ya Bapa
yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu" (Yoh 17:11). Tanpa henti-hentinya
Roh Kudus mengajak kita untuk waspada Bdk.
1 Kor 16:13; Ko14:2; 1 Tes 5:6; 1 Ptr 5:8..
Dalam godaan terakhir perjuangan kita di dunia ini kesungguhan permohonan ini
menjadi nyata; ia meminta ketabahan sampai akhir. "Lihatlah, Aku datang
seperti pencuri. Berbahagialah dia yang berjaga-jaga" (Why 16:15).
VII. * "Tetapi Bebaskanlah Kami dari yang Jahat"
Juga
permohonan terakhir kepada Bapa kita disokong oleh doa Yesus: "Aku tidak meminta,
supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi
mereka dari yang jahat" (Yoh 17:15). Ini menyangkut setiap kita secara pribadi,
tetapi selalu "kitalah" yang berdoa: dalam persekutuan dengan seluruh
Gereja dan demi pembebasan seluruh umat manusia. Doa Tuhan selalu membuka seluruh
rencana keselamatan kita, agar keterlibatan kita yang tidak terelakkan dalam
dosa dan kematian, diubah menjadi solidaritas dalam Tubuh Kristus, dalam "persekutuan
para kudus" Bdk. RP 16..
Dalam
permohonan ini, kejahatan bukanlah hanya satu pikiran, melainkan menunjukkan
satu pribadi, setan, si jahat, malaikat yang berontak terhadap Allah. "Iblis"
[diabolos] melawan keputusan ilahi dan karya keselamatan yang dikedakan di
dalam Kristus.
Setan
"adalah pembunuh manusia sejak semula... ia pendusta dan asal segala dusta"
(Yoh 8:44). Dialah "si ular tua yang bernama iblis, yang menyesatkan
seluruh dunia" (Why 12:9). Melalui dia dosa dan kematian masuk ke dalam
dunia. Oleh kekalahannya secara definitif "segala ciptaan dibersihkan dari
kebusukan dosa dan dilepaskan dari belenggu maut" (MR, Doa Syukur Agung
IV). "Kita tahu bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat
dosa, tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya dan si jahat tidak dapat
menjamahnya. Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah, tetapi seluruh dunia
berada di bawah kuasa sijahat" (1 Yoh 5:18-19).
"Tuhan,
yang telah menghapus dosa kalian dan mengampuni kesalahan kalian, mampu
melindungi dan membela kalian terhadap tipu muslihat setan, yang berjuang
melawan kalian, supaya musuh yang biasanya menimbulkan dosa, tidak mengejutkan
kalian. Barang siapa mempercayakan diri kepada Allah, tidak takut akan setan.
'Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?' (Rm 8:31)".
(Ambrosius, sacr. 5,30).
Pada
saat Yesus menerima kematian dengan sukarela guna memberikan kehidupan-Nya
kepada kita, kemenangan diperoleh atas "penguasa dunia" (Yoh 14:30)
satu kali untuk selama-lamanya. Itulah pengadilan atas dunia ini, dan penguasa
dunia ini "dilemparkan ke luar" (Yoh 12:31) Bdk Why 12:11.. Ia
"memburu wanita itu" Bdk.
Why 12:13-16., tetapi ia tidak berkuasa atasnya; Hawa baru
yang "terberkati" oleh Roh Kudus, dibebaskan dari dosa dan dari
kebusukan kematian (karena dikandung tanpa noda dosa dan karena sebagai Bunda
Allah yang selalu perawan, Maria diangkat ke dalam surga). "Maka marahlah
naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang
lain" (Why 12:17). Karena itu Roh dan Gereja berdoa: "Datanglah, ya
Tuhan Yesus" (Why 22:20) Bdk.
Why 22:17., karena kedatangan- Nya akan membebaskan kita
dari yang jahat.
Kalau
kita memohon, agar dibebaskan dari yang jahat, kita juga memohon untuk dibebaskan
dari.segala kemalangan, yang lampau, yang sekarang, dan yang akan datang, yang
asalnya dan penggodanya adalah si jahat. Dalam permohonan terakhir ini Gereja
membawa seluruh kesusahan dunia ke depan Bapa. Dengan pembebasan dari yang
jahat, yang membebani umat manusia, Gereja memohon hal yang bernilai yakni
perdamaian dan rahmat supaya dengan tabah menantikan kedatangan Kristus kembali.
Kalau Gereja berdoa demikian, ia mengantisipasi dalam kerendahan hati yang
beriman persatuan dari semua dan segala-galanya dalam Dia, yang "memegang
segala kunci maut dan kerajaan maut" (Why 1:18), "yang ada dan yang sudah
ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa" (Why 1:8) Bdk. Why 1:4..
"Ya
Bapa, bebaskanlah kami dari segala kemalangan dan berilah kami damai-Mu. Kasihanilah
dan bantulah kami supaya selalu bersih dari noda dosa dan terhindar dari segala
gangguan, sehingga kami dapat hidup dengan tenteram sambil mengharapkan
kedatangan Penyelamat kami Yesus Kristus" (MR, Embolisme).
DOKSOLOGI PENUTUP
Doksologi
penutup "Sebab Engkaulah raja, yang mulia dan berkuasa untuk
selama-lamanya" mengangkat kembali ketiga permohonan kepada Bapa:
kemuliaan nama-Nya, kedatangan Kerajaan-Nya, dan kekuasaan kehendak
keselamatan-Nya.
Tetapi
pengulangan ini terjadi, seperti di dalam liturgi surgawi Bdk. Why 1:6; 4:11; 5:13.,
dalam penyembahan dan ucapan terima kasih. Penguasa dunia ini telah mencaplok
ketiga gelar kerajaan, kekuasaan, dan kemuliaan Bdk. Luk 4:5-6. atas cara
yang curang. Kristus, Tuhan, mengembalikannya kepada Bapa-Nya dan Bapa kita,
sampai Dia menyerahkan kembali Kerajaan kepada-Nya, apabila misteri keselamatan
diselesaikan secara definitif dan Allah menjadi semua di dalam semua Bdk. 1 Kor 15:24-28..
"Pada
akhir doa kamu mengatakan 'Amin'. Dengan perkataan 'Amin', artinya 'Semoga
terjadi', kamu mengesahkan isi doa yang diajarkan Allah" (Sirilus dari Yerusalem,
catech., myst. 5:18).
TEKS-TEKS SINGKAT
Ketiga permohonan pertama dari Bapa Kami menyangkut
kehormatan Bapa: pengudusan nama-Nya, kedatangan Kerajaan-Nya, dan pemenuhan
kehendak ilahi-Nya. Keempat permohonan yang lain mengemukakan kepada-Nya
persoalan yang menyangkut kehidupan kita: semoga Ia memberi makanan kepada
kita, menyembuhkan kita dari dosa, dan mendampingi kita dalam perjuangan kita
untuk memenangkan yang baik atas yang jahat.
Kalau kita memohon: "Dimuliakanlah nama-Mu, "
kita masuk ke dalam keputusan Allah. Nama-Nya, yang untuk pertama kali
diwahyukan kepada Musa dan kemudian melalui Yesus, harus dimuliakan oleh kita
dan di dalam kita serta di dalam setiap bangsa dan setiap manusia.
Di dalam permohonan kedua, Gereja terutama mendoakan
kedatangan kembali Kristus dan kedatangan Kerajaan Allah secara definitif. Ia
juga berdoa untuk pertumbuhan Kerajaan Allah pada kehidupan kita "hari
ini".
Dalam permohonan ketiga kita mohon kepada Bapa, semoga Ia
mempersatukan kehendak kita dengan kehendak-Nya, supaya terpenuhilah keputusan
keselamatan-Nya dalam kehidupan dunia.
Dalam permohonan keempat "berilah kami ", kita
mengutarakan dalam persekutuan dengan saudara-saudari kita kepercayaan kita
sebagai anak kepada Bapa di surga. "Rezeki " berarti makanan duniawi
yang perlu bagi kehidupan kita semua. Ia juga menandakan roti kehidupan, Sabda
Allah dan tubuh Kristus. Ia diterima "hari ini" dari Allah sebagai makanan
hakiki yang tidak dapat diganti, yakni perjamuan pesta dalam Kerajaan Allah
yang diantisipasi dalam Ekaristi.
Permohonan kelima meminta kerahiman Allah untuk kesalahan
kita. Ini hanya dapat meresap di hati kita, apabila kita sudah mengampuni
musuh-musuh kita menurut contoh Kristus dan dengan bantuan-Nya.
Dengan kalimat "Janganlah masukkan kami ke dalam
percobaan " kita memohon kepada Allah, supaya jangan membiarkan kita masuk
ke jalan yang menuju dosa. Permohonan ini meminta roh pembeda dan kekuatan;
memohon rahmat, supaya tetap waspada dan tabah sampai akhir.
Dalam permohonan terakhir "Tetapi bebaskanlah kami
dari yang jahat" orang Kristen berdoa bersama Gereja kepada Allah, supaya
Ia menampilkan kemenangan atas "penguasa dunia", setan, yang sudah
diperoleh melalui Kristus. Setan adalah malaikat yang secara pribadi berontak
terhadap Allah dan keputusan keselamatan-Nya.
Melalui "Amin" kita mengungkapkan "Fiat"
kita menyangkut ketujuh permohonan itu : "jadilah demikian".
Sumber: Katekismus Gereja Katolik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar