Jumat, 14 Agustus 2015

Doa Bapa Kami Menurut Katekismus Gereja Katolik


"BAPA KAMI YANG ADA DI SURGA"

I. "Kita Berani Mendekat dengan Penuh Kepercayaan"
Di dalam liturgi Ekaristi Romawi umat diundang, mendoakan Bapa Kami dengan keberanian seorang anak. Liturgi-liturgi Timur menggunakan ungkapan-ungkapan yang serupa dengan itu: "berani dengan penuh kepercayaan" dan "jadikanlah kami layak". Dari semak duri yang menyala disampaikan kepada Musa: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu" (Kel 3:5). Hanya Yesus dapat melewati ambang pintu kekudusan ilahi. Setelah Ia "selesai mengadakan penyucian dosa" (Ibr. 1:3), Ia membimbing kita ke depan hadirat Bapa: "Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah diberikan Allah kepada-Ku" (Ibr 2:13).

"Sebenarnya kita harus menyembunyikan diri dalam kesadaran bahwa kita hanyalah hamba belaka, makhluk dari tanah yang harus menjadi debu, apabila bukan perintah kekuasaan Bapa, apabila bukan Roh Putera-Nya sendiri mengajak kita untuk berseru: 'Ya Abba, ya Bapa' (Rm 8:15)... Bilamanakah satu makhluk yang fana berani menamakan Allah itu Bapa, kalau bukan kekuatan-kekuatan surga menghidupkan batin manusia?" (Petrus Krisologus, serm. 71).
Kekuasaan Roh, yang menghantar kita kepada doa Tuhan, diuraikan dalam liturgi Timur dan Barat dalam istilah yang indah dan benar-benar Kristen, parrhesia, yang sama artinya dengan kejujuran yang terus-terang, kepercayaan seorang anak, keyakinan yang gembira, keberanian yang rendah hati, dan kepastian bahwa dicintai Bdk. Ef 3:12; Ibr 3:6; 4:16; 10: 19; 1 Yoh 2:29;3:21;5:14.

II. "Bapa"
Sebelum kita menjadikan seruan doa Tuhan yang pertama ini milik kita, haruslah dengan rendah hati kita bersihkan hati kita dari gambaran-gambaran palsu "dunia ini". Kerendahan hati itu membuat kita mengakui: "Tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya", yakni "orang-orang kecil" (Mat 11:25-27).
Pembersihan hati menyangkut gambaran mengenai bapa dan ibu, yang berasal dari perkembangan pribadi kita dan kebudayaan kita dan mempengaruhi hubungan kita dengan Allah. Allah Bapa kita berada di atas gagasan-gagasan dunia tercipta ini. Siapa yang di bidang ini memindahkan gagasannya sendiri kepada Allah, ia menciptakan untuk dirinya berhala-berhala, yang akan ia sembah atau tolak. Berdoa kepada Bapa berarti masuk ke dalam misteri-Nya sebagaimana ada-Nya dan seperti Putera menyatakan-Nya kepada kita.
"Ungkapan 'Allah Bapa' tidak pemah diwahyukan kepada seorang pun. Ketika Musa sendiri bertanya kepada Allah, siapa nama-Nya, ia mendengar satu nama yang lain. Kepada kita nama itu dinyatakan dalam Putera, karena dalam nama 'Putera' sudah tercakup nama baru 'Bapa' (Tertulianus, or. 3).
Kita dapat menyapa Allah sebagai "Bapa", karena Putera-Nya yang menjadi manusia telah mewahyukan-Nya kepada kita dan karena Roh-Nya memperkenalkan-Nya kepada kita. Kita percaya, bahwa Yesus adalah Kristus dan bahwa kita dilahirkan dari Allah Bdk. 1 Yoh 5:1.. Dengan demikian Roh Putera mengikutsertakan kita dalam hubungan pribadi Putera dengan Bapa-Nya Bdk. Yoh 1:1.
Manusia tidak dapat membayangkan itu, malaikat tidak dapat menduganya. Kalau kita berdoa kepada Bapa, kita berada dalam persekutuan dengan Dia dan dengan Putera-Nya Yesus Kristus Bdk. 1 Yoh 1:3.. Sementara itu kita mengenal dan mengakui-Nya dengan keheranan yang selalu baru. Perkataan pertama dalam doa Tuhan adalah sembah puji, sebelum ia menjadi seruan permohonan. Karena demi kehormatan Allah, kita mengakui-Nya sebagai "Bapa" dan sebagai Allah yang benar. Kita berterima kasih kepada-Nya, bahwa Ia telah menganugerahkan kepada kita, percaya kepada-Nya, dan menjadi tempat tinggal kehadiran-Nya. Kita dapat menyembah Bapa, karena dengan menjadikan kita anak angkat-Nya dalam Putera-Nya yang tunggal Ia telah menganugerahkan kepada kita kelahiran kembali ke dalam kehidupan-Nya. Melalui Pembaptisan Ia memasukkan kita ke dalam Tubuh Kristus, yang Terurapi, dan melalui pengurapan dengan Roh-Nya, yang mengalir dari Kepala ke anggota-anggota, Ia membuat kita juga menjadi "terurapi".
"Karena Tuhan telah menentukan bahwa kita menjadi anak angkat-Nya, Ia telah membuat kita serupa dengan Tubuh Kristus yang dimuliakan. Dan setelah kamu mengambil bagian pada yang Terurapi, maka dengan alasan kuat kamu dinamakan terurapi" (Sirilus dari Yerusalem, catech. myst.3.1).
"Manusia baru yang dilahirkan kembali dan diberikan kembali kepada Allahnya oleh rahmat-Nya berkata pertama-tama "Bapa", karena ia telah menjadi anak-Nya" (Siprianus,Dom.orat. 9). Di dalam doa Tuhan kita diwahyukan kepada diri kita sendiri Bdk. GS 22,1., karena serentak Bapa diwahyukan kepada kita.
"0 manusia, engkau tidak berani mengangkat wajah ke langit, engkau menundukkan pandangan ke bumi, dan dengan tiba-tiba engkau menerima rahmat Kristus: semua dosamu telah diampuni. Dari seorang hamba yang jahat engkau telah menjadi seorang putera yang baik ... Jadi, angkatlah pandanganmu kepada Bapa... yang telah menebus engkau melalui Putera-Nya, dan berkatalah: 'Bapa kami'... Jangan sekali-kali mengandalkan hak istimewa. Ia hanyalah Bapa yang sebenarnya dalam hubungan dengan Kristus, sedangkan kita diciptakan oleh-Nya. Karena itu berkatalah karena rahmat: 'Bapa kami' supaya layak menjadi anak-Nya" (Ambrosius, sacr. 5,19).
Anugerah rahmat ini, yakni pengangkatan sebagai anak, menuntut dari kita satu pertobatan yang terus-menerus dan satu kehidupan baru. Doa Bapa Kami harus mengembangkan dua sikap dasar di dalam kita. Kerinduan dan kehendak, supaya menjadi serupa dengan Dia. Karena kita sudah diciptakan menurut citra-Nya, maka karena rahmat, keserupaan dengan Dia itu diberikan lagi kepada kita. Kita harus menyesuaikan diri dengan citra itu. "Kalau kita menamakan Allah itu Bapa, kita juga harus bersikap sebagai puteraputera Allah" (Siprianus, Dom. orat. 11).
"Kamu tidak dapat menamakan Bapamu itu Allah dari segala yang baik, kalau kamu mempunyai hati yang tidak manusiawi dan kejam. Karena dalam hal itu kamu tidak lagi memiliki tanda kebaikan dari Bapa surgawi di dalam kainu" (Yohanes Krisostomus, hom. in Mat 7:14).
"Kita harus tanpa henti-hentinya memandang keindahan Bapa dan membiarkan jiwa kita diresapi oleh-Nya" (Gregorius dari Nisa, or. dom.2).
Hati yang merendahkan diri dan penuh kepercayaan. Hati macam ini membuat kita menjadi "seperti anak kecil" (Mat 18:3), karena Bapa menyatakan diri kepada "orang kecil" (Mat 11:25).
"[Doa Bapa Kami adalah satu penengadahan kepada Allah sendiri, satu api cinta yang besar. Jiwa lebur, tenggelam di dalam cinta yang kudus dan berbicara dengan Allah seperti dengan Bapanya sendiri, sangat mesra, dalam cinta seorang anak yang sangat khusus, lemah lembut." (Yohanes Kasianus, coll. 9,18).
"Bapa Kami: sambil kita berdoa, nama ini menimbulkan di dalam kita sekaligus cinta, simpati ... dan juga harapan, bahwa menerima apa yang kita minta ...
Bagaimana Ia dapat menolak doa anak-anak-Nya, kalau sebelumnya Ia sudah mengizinkan mereka menjadi anak-anak-Nya?" (Agustinus, serm. Dom. 2,4,16).

III. Bapa "Kami"
Sapaan Bapa "kami" diarahkan kepada Allah. Dari pihak kita kata ganti ini bukan menyatakan suatu pemilikan, melainkan satu hubungan yang baru sama sekali dengan Allah. Kalau kita mengatakan Bapa "kami", kita mengakui lebih dahulu bahwa semua janji cinta-Nya, yang diumumkan para nabi, telah dipenuhi dalam Kristus dalam perjanjian baru dan kekal: sekarang kita menjadi umat-"Nya" dan Ia Allah "kita". Hubungan baru ini adalah satu anugerah keanggotaan. Dalam cinta dan kesetiaan Bdk. Hos 2:21-22; 6:1-6. kita sekarang harus menjawab "kasih karunia dan kebenaran" (Yoh 1:17), yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Yesus Kristus.
Karena doa Tuhan adalah doa umat-Nya dalam "zaman-zaman terakhir" maka kata "kami" ini juga menyatakan kepastian harapan kita atas janji Allah yang terakhir. Di dalam Yerusalem baru Ia mengatakan kepada pemenang: "Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku" (Why 21:7).
Kalau kita berdoa Bapa "kami", secara pribadi kita berpaling kepada Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Kita tidak membagi ke-Allah-an, karena Bapa adalah "sumber dan asalnya". Sebaliknya dengan itu kita mengakui bahwa dari kekal Putera telah dilahirkan oleh-Nya dan Roh Kudus keluar dari Dia. Kita juga tidak mencampur adukkan Pribadi-pribadi karena kita mengakui bahwa kita mempunyai persekutuan dengan Bapa dan Putera-Nya Yesus Kristus dalam Roh Kudus-Nya yang satusatunya.
Tritunggal Mahakudus itu sehakikat dan tidak terbagi. Kalau kita berdoa kepada Bapa, kita menyembah Dia dan memuliakan Dia bersama dengan Putera dan Roh Kudus.
Kata "kami" menandakan sesuatu yang dimiliki bersama oleh sejumlah orang. Ada hanya satu Allah, dan Ia diakui sebagai Bapa oleh mereka yang, karena iman kepada Putera tunggal-Nya, dilahirkan kembali dari air dan dari Roh Kudus Bdk. 1 Yoh 5:1; Yoh 3:5. Gereja adalah persekutuan baru antara Allah dan manusia ini. Bersatu dengan Putera tunggal-Nya, "yang menjadi yang sulung di antara banyak saudara" (Rm 8:29) ia terikat dalam persekutuan dengan Bapa yang satu dan sama, dalam Roh Kudus yang satu dan sama Bdk. Ef 4:4-6.. Setiap orang beriman, yang berdoa Bapa "kami", berdoa di dalam persekutuan ini: "Kumpulan orang beriman itu sehati dan sejiwa" (Kis 4:32).
Karena itu, kendati perpecahan di antara orang Kristen, doa kepada Bapa "kita" tetap menjadi milik bersama semua yang telah dibaptis dan merupakan satu ajakan yang mendesak bagi mereka. Diikat oleh iman bersama kepada Kristus dan oleh Pembaptisan, mereka harus berdoa bersama Yesus untuk kesatuan murid-murid-Nya Bdk. UR 8; 22.
Kalau dengan jujur kita berdoa "Bapa kami", kita menyingkirkan individualisme, karena cinta yang kita terima, membebaskan kita darinya. "Kami" pada awal doa Tuhan sebagaimana "kami" dalam empat permohonan terakhir, tidak mengucilkan seorang pun. Supaya dapat didoakan dengan jujur Bdk. Mat 5:23-24; 6:14-16., semua perpecahan dan pertentangan harus diatasi.
Yang sudah dibaptis tidak dapat berdoa kepada Bapa "kami", tanpa membawa semua orang, untuk siapa Putera-Nya yang terkasih telah menyerahkan Diri, ke hadirat Allah. Cinta Allah itu tanpa batas, dan doa kita pun harus demikian pula Bdk. NA5.
Bapa kami membuka bagi kita seluruh keluasan cinta Bapa yang telah menjadi tampak dalam Kristus. Kita berdoa bersama semua orang dan untuk semua manusia yang belum mengenal Bapa, supaya "mengumpulkan dan mempersatukan lagi anak-anak Allah yang tercerai-berai" (Yoh 11:52). Keprihatinan ilahi ini bagi semua manusia dan bagi seluruh ciptaan ini menjiwai semua pendoa yang besar; ia harus menghantar doa kita kepada satu cinta dengan hati terbuka lebar, apabila kita beraniberkata: Bapa "kami".

IV. "Di Surga"
Ungkapan biblis ini tidak berbicara tentang suatu tempat [ruang], tetapi satu cara berada; bukan tentang jauhnya Allah, melainkan keagungan-Nya. Bapa kita itu bukan "di tempat lain", melainkan Ia ada "di seberang segala sesuatu" yang dapat kita pikirkan mengenai kekudusan-Nya. Justru karena Ia tiga kali kudus, maka Ia dekat dengan hati yang rendah dan penuh sesal.
"Sepantasnya orang beranggapan bahwa kata-kata "Bapa kami yang ada di surga" berbicara tentang hati orang yang jujur, di mana Allah tinggal seperti dalam kenisah-Nya. Karena itu, juga pendoa akan menghendaki dan merindukan bahwa Ia yang ia sapa, tinggal di dalam dia" (Agustinus, serm. Dom. 2,5,17).
"Surga dapat juga berarti mereka, yang membawa gambaran dunia surgawi dalam dirinya dan di mana Allah tinggal dan berjalan-jalan" (Sirilus dari Yerusalem, catech. myst. 5,11).
Lambang surga menunjuk misteri perjanjian, yang kita hayati, apabila kita berdoa kepada Bapa. Ia ada dalam surga. Inilah tempat tinggal-Nya. Jadi rumah Bapa adalah juga "tanah air" kita. Dosa telah menghalau kita dari tanah perjanjian Bdk. Kej 3. dan pertobatan hati membiarkan kita kembali lagi kepada Bapa di surga Bdk. Yer 3:19-4:1a; Luk 15:18. 21.. Di dalam Kristus, surga dan bumi diperdamaikan lagi Bdk. Yes 45:8; Mzm 85:12., karena hanya Putera "turun dari surga", dan hanya Ia membiarkan kita naik kembali ke surga bersama Dia melalui salib, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga Bdk. Yoh 12:32; 14:2-3; 16:28; 20:17; Ef 4:9-10; Ibr 1:3; 2:13..
Kalau Gereja mendoakan "Bapa kami yang ada di surga" ia mengakui bahwa kita adalah umat Allah, yang "tersembunyi bersama dengan Kristus" (Kol 3:3) telah mempunyai "satu tempat di surga" Bdk. Ef 2:6.. Ia juga mengakui bahwa pada waktu yang sama juga berlaku bagi kita: "Di dalam kemah ini kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini" (2 Kor 5:2) Bdk. Flp 3:20; Ibr 13:14..
"Mereka [orang Kristen] berada di dalam daging, tetapi mereka tidak hidup menurut daging. Mereka tinggal di bumi, tetapi mereka itu warga surga" (Diognet 5,8-9).

TEKS-TEKS SINGKAT
Kepercayaan yang sederhana dan setia, harapan yang rendah hati dan gembira adalah sikap yang dengannya kita harus mendoakan Bapa Kami. Kita dapat menyapa Allah sebagai "Bapa", karena Putera Allah yang telah menjadi manusia, menyatakan-Nya kepada kita. Oleh Pembaptisan kita sudah dijadikan anggota Putera Allah dan anak angkat Allah.
Doa Tuhan memasukkan kita ke dalam persekutuan dengan Bapa dan dengan Putera-Nya Yesus Kristus. Doa ini sekaligus menyatakan kita kepada diri kita sendiri di dalam doa ini Bdk.GS 22,1..
Doa kepada Bapa kita harus membangkitkan di dalam kita kehendak menjadi serupa dengan Dia, dan membuat hati kita menjadi remuk redam dan penuh kepercayaan.
Kalau kita menamakan Allah Bapa "kita", kita mendasarkan diri atas perjanjian baru dalam Yesus Kristus, atas persekutuan dengan Tritunggal Mahakudus dan atas cinta ilahi, yang dengan perantaraan Gereja meluas ke seluruh bumi.
Di "surga " tidak berarti tempat, tetapi keagungan Allah dan kehadiran-Nya di dalam hati orang-orang yang benar Surga, rumah Bapa, adalah tanah air yang sesungguhnya, kita mengejarnya dan sekarang kita sudah termasuk di dalamnya.

KETUJUH PERMOHONAN
Sesudah kita menempatkan diri di hadirat Allah, Bapa kita, untuk menyembah-Nya, mencintai-Nya dan memuji-Nya, Roh keputeraan melambungkan tujuh permohonan, tujuh pujian dari dalam hati kita. Tiga yang pertama lebih berhubungan dengan Allah dan menarik kita menuju kemuliaan Bapa; empat yang berikut bagaikan jalan menuju Allah dan menyerahkan kesusahan kita kepada rahmat-Nya. "Samudera raya berpanggil-panggilan dengan deru air terjun-Mu" (Mzm 42:8).
Ketiga permohonan pertama membawa kita menuju Allah, demi diri-Nya sendiri; nama-Mu, Kerajaan-Mu dan kehendak-Mu. Adalah unsur hakiki dari cinta, bahwa ia lebih dulu ingat dia yang dicintai. Dalam setiap dari tiga permohonan itu kita tidak berbicara tentang diri sendiri, melainkan kita memberi diri ditangkap oleh "kerinduan yang membara" dan oleh "keprihatinan" Putera terkasih menyangkut kemuliaan Bapa-Nya Bdk. Luk 22:15; 12:50.: "dimuliakanlah ... datanglah ... jadilah... " Ketiga permohonan ini sudah dipenuhi dalam kurban Yesus, Penebus; tetapi sekarang, selama Allah belum jadi segalanya di dalam semua Bdk. 1 Kor 15:28., permohonan itu oleh harapan diarahkan kepada penyelesaian definitif.
Permohonan-permohonan yang berikut berlangsung seturut arah beberapa epiklese Ekaristi; mereka mempersembahkan harapan kita dan menarik pandangan Bapa kerahiman atas dirinya. Mereka keluar dari kita dan menyangkut kita sekarang ini, di dunia ini: "berilah kami ... ampunilah kami ... janganlah masukkan kami ... bebaskanlah kami ... " Permohonan keempat dan kelima berhubungan dengan kehidupan kita: kita harus dikuatkan oleh makanan dan disembuhkan dari dosa.
Dua permohonan terakhir menyangkut perjuangan doa: perjuangan kita demi kemenangan kehidupan.
Oleh tiga permohonan pertama kita dikuatkan dalam iman, dipenuhi oleh harapan dan dinyalakan oleh cinta. Karena kita makhluk dan masih berdosa, kita juga harus berdoa untuk diri sendiri. Kita, yang takluk pada batas-batas dunia dan sejarah, menyerahkan diri kepada cinta Allah kita yang tidak terbatas. Karena melalui nama Kristus dan Kerajaan Roh-Nya, Bapa kita menyelesaikan rencana keselamatan-Nya untuk kita dan seluruh dunia.

I. Dimuliakanlah Nama-Mu
[Permohonan pertama dalam terjemahan yang lazim dipakai umat Katolik di Indonesia berbunyi: "dimuliakanlah nama-Mu". Terjemahan lebih harfiah ialah: "dikuduskanlah nama-Mu". Karena seluruh uraian selanjutnya berputar di sekitar gagasan kekudusan, maka di sini umumnya kita gunakan terjemahan: "dikuduskanlah"].
Perkataan "kuduskan" di sini tidak boleh dimengerti dalam arti menyebabkan (hanya Allah menguduskan, membuat kudus) tetapi terutama dalam arti penilaian:mengakui sesuatu sebagai kudus dan memperlakukannya demikian. Karena itu seruan "dikuduskanlah..." dalam penyembahan kadang-kadang diartikan sebagai pujian dan syukur Bdk. Mzm 111:9; Luk 1:49.. Tetapi permohonan ini diajarkan oleh Yesus kepada kita dalam bentuk keinginan: inilah satu permohonan, satu kerinduan dan satu penantian di mana Allah dan manusia ikut terlibat. Permohonan pertama dari Bapa Kami sudah langsung membenamkan kita ke dalam misteri ke-Allah-an-Nya dan ke dalam karya keselamatan bagi umat manusia. Permohonan kita bahwa nama-Nya dikuduskan, memasukkan kita ke dalam "keputusan penuh rahmat yang diambil lebih dahulu" supaya dalam cinta kita hidup kudus dan tak bercela di hadapan Allah. Bdk. Ef 1:9.4.
Tuhan menyatakan nama-Nya dalam kejadian-kejadian yang menentukan dalam tata keselamatan-Nya, di mana Ia menyelesaikan karya-Nya. Tetapi karya ini terjadi untuk kita dan di dalam kita hanya, apabila nama-Nya dikuduskan oleh kita dan di dalam kita.
Kekudusan Allah adalah pusat misteri-Nya yang kekal, yang sukar didekati. Apa yang nyata tentang Dia dalam ciptaan dan dalam sejarah, dinamakan Kitab Suci kemuliaan, pancaran kemuliaan-Nya Bdk. Mzm 8; Yes 6:3.. Allah memahkotai manusia "dengan kemuliaan dan hormat" (Mzm 8:6), karena Ia menciptakannya sebagai "gambar", seturut "rupa"-Nya (Kej 1:26). Tetapi oleh karena dosa, manusia "telah kehilangan kemuliaan Allah" (Rm 3:23). Dengan demikian Allah menyatakan kekudusan-Nya, dengan menyatakan dan menyampaikan nama-Nya, untuk menciptakan manusia baru "menurut gambaran Khaliknya" (Kol 3: 10).
Oleh janji kepada Abraham dan sumpah yang menguatkannya Bdk. Ibr 6:13., Allah mewajibkan Diri, tetapi tanpa menyingkap nama-Nya. Baru kepada Musa Ia mulai menyatakannya Bdk. Kel 3:14., dan Ia memperlihatkan nama-Nya itu di depan mata seluruh bangsa, dengan membebaskan mereka dari orang Mesir: "Ia menjadi tinggi luhur" (Kel 15:1). Sejak perjanjian di Sinai bangsa ini menjadi milik-Nya; Ia dipanggil untuk menjadi bangsa yang "kudus" (atau "ditahbiskan" - dalam bahasa Ibrani kata yang sama) Bdk. Kel 19:5-6., karena nama Allah berdiam di dalamnya.
Allah, Yang Kudus Bdk. Im 19:2: "Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus"., selalu secara baru lagi memberi kepada bangsa ini hukum yang kudus dan dengan memperhatikan nama-Nya sendiri, Ia selalu bersabar. Tetapi bangsa ini berpaling dari Yang Kudus Israel dan menajiskan nama-Nya di antara bangsa-bangsa Bdk. Kel 20; 36.. Karena itu orang-orang jujur dari Perjanjian Lama, orang miskin yang telah kembali dari pembuangan dan para nabi dipenuhi oleh semangat yang bernyala-nyala untuk nama-Nya.
Akhirnya dinyatakan dan diberikan kepada kita di dalam Yesus, nama Allah yang kudus di dalam daging sebagai penyelamat Bdk. Mat 1:21; Luk 1:31.. Ia dinyatakan oleh pribadi-Nya, kata-kata-Nya dan oleh kurban-Nya Bdk. Yoh 8:28; 17:8; 17:17-19.. Inilah inti doa Imam Agung: Bapa yang kudus "Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran" (Yoh 17:19). Oleh karena Yesus sendiri "menguduskan" nama-Nya Bdk. Yeh 20:39; 36:20-21., maka Ia "mewahyukan" nama Bapa (Yoh 17:6). Pada akhir Paska-Nya, Bapa menganugerahkan kepada-Nya nama yang lebih besar daripada segala nama: Yesus adalah Tuhan demi kemuliaan Allah, Bapa Bdk. Flp 2:9-11..
Dalam air Pembaptisan kita telah dibersihkan, dikuduskan, dan "dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita" (1 Kor 6:11). Allah telah memanggil kita, supaya "menjadi kudus" dalam seluruh kehidupan kita ( 1 Tes 4:7): "Oleh Dia kamu berada dalam Yesus Kristus, yang oleh Allah telah menjadi kekudusan bagi kita" (1 Kor 1:30). Permohonan, agar nama-Nya dikuduskan di dalam kita dan oleh kita, menyangkut kehormatan-Nya dan kehidupan kita. Karena itu permohonan pertama sangat mendesak.
"Oleh siapa Allah dapat dikuduskan, karena Dia sendiri yang menguduskan? Tetapi karena Ia sendiri telah mengatakan: 'Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, Tuhan, kudus'(Im 20:26), kita lalu memohon, bahwa kita yang dikuduskan dalam Pembaptisan, berpegang teguh pada keberadaan yang telah mulai diberikan kepada kita. Dan untuk itu kita berdoa hari demi hari; karena kita membutuhkan pengudusan setiap hari, supaya kita yang berdosa setiap hari, dapat membersihkan lagi dosa-dosa kita oleh pembasuhan yang terus-menerus ... Kita berdoa, supaya pengudusan ini tinggal di dalam kita" (Siprianus Dom. orat. 12).
Bergantung pada kehidupan dan sekaligus pada doa kita apakah nama-Nya dikuduskan di antara bangsa-bangsa: "Kita berdoa, agar Allah menguduskan nama-Nya, yang oleh kekudusan-Nya menyelamatkan dan menguduskan seluruh ciptaan ... Itulah nama yang memberikan kembali keselamatan, yang telah hilang, kepada dunia. Tetapi kita berdoa, supaya nama Allah dikuduskan di dalam kita oleh kehidupan kita. Kalau kita berbuat baik, nama Allah dipuji; kalau kita berbuat buruk, maka Ia akan dihujah sesuai dengan perkataan Rasul: 'Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujah di antara bangsa-bangsa' (Rm 2:24; Yeh 36:20-22). Karena itu kita berdoa, supaya memperoleh sekian banyak kekudusan di dalam hati kita, sebagaimana nama Allah kudus adanya" (Petrus Krisologus, serm. 71).
"Kalau kita mengatakan: 'dikuduskanlah nama-Mu', kita berdoa, agar Ia dikuduskan di dalam kita yang sudah menjadi milik-Nya, demikian pula di dalam orang lain yang masih dinantikan rahmat Allah, sehingga dengan demikian kita juga patuh kepada peraturan, supaya berdoa bagi semua orang, juga bagi musuh-musuh kita. Karena itu, kita tidak secara khusus berdoa 'dikuduskanlah nama-Mu di dalam kami', karena kita berdoa agar Ia dikuduskan dalam semua manusia" (Tertulianus, or. 3).
Permohonan pertama ini yang mencakup semua orang lain, seperti enam permohonan yang lain, dikabulkan oleh doa Kristus. Doa kepada Bapa kita adalah doa kita, kalau itu didoakan dalam nama Yesus Bdk. Yoh 14:13; 15:16; 16:24.26.. Yesus berdoa dalam doa Imam Agung-Nya: "Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku" (Yoh 17:11).

II. Datanglah "Kerajaan-Mu"
Dalam Perjanjian Baru, kata basileia dapat diterjemahkan dengan "kerajaan" (pengertian abstrak), "wilayah kerajaan" (pengertian konkret) atau "pemerintahan" (pengertian bertindak). Kerajaan Allah sudah ada. Kerajaan itu telah mendekat dalam Sabda yang menjadi manusia, telah diumunikan dalam seluruh Injil dan telah datang dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Sejak perjamuan malam terakhir Kerajaan Allah datang dalam Ekaristi; ia ada di tengah kita. Kerajaan Allah akan datang dalam kemuliaan, apabila Kristus akan menyerahkannya kepada Bapa.
"Kristus sendiri juga dapat merupakan Kerajaan Allah itu, kepada Siapa kita berseru setiap hari dalam kerinduan kita, dan yang kedatangan-Nya kembali kita nantikan dengan tidak sabar lagi. Oleh karena Ia sendiri adalah kebangkitan kita, karena kita akan bangkit dalam Dia, karena itu Ia sendiri juga dapat diartikan sebagai Kerajaan Allah, karena kita akan memerintah di dalam Dia" (Siprianus, Dom. orat. 13).
Permohonan ini adalah "Maranatha", seruan Roh dan mempelai: "Datanglah Tuhan Yesus!"
"Juga andaikata di dalam doa ini tidak ada perintah, supaya mendoakan kedatangan Kerajaan, namun kita dengan sendirinya harus mengeluarkan seruan ini dan bergegas-gegas untuk merangkul harapan kita. Di bawah altar, jiwa-jiwa para martir memohon dari Tuhan dengan seruan nyaring: 'Berapa lama lagi Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami terhadap mereka yang diam di bumi?' (Why 6:10). Karena kepada mereka akan diberikan kebenaran pada akhir zaman. Tuhan, semoga dipercepatkanlah kedatangan Kerajaan-Mu" (Tertulianus, or. 5).
Doa Tuhan terutama berbicara tentang kedatangan definitif Kerajaan Allah dengan kedatangan kembali Kristus Bdk. Tit 2:13.. Kerinduan ini tidak menyelewengkan Gereja dari perutusannya di dunia ini, tetapi mewajibkan dia untuk melakukannya. Sejak Pentekosta kedatangan Kerajaan adalah karya Roh Kudus, yang "melanjutkan karya Kristus di dunia dan menyelesaikan segala pengudusan" (MR, Doa Syukur Agung IV).
"Kerajaan Allah... adalah kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus" (Rm 14:17). Zaman-zaman terakhir, di mana kita hidup adalah waktu pencurahan Roh Kudus. Dengan itu mulailah perjuangan yang menentukan antara "daging" dan "roh" Bdk. Gal 5:16-25..
"Hanya jiwa yang murni dapat berkata dengan penuh harapan: 'Datanglah Kerajaan-Mu'. Siapa yang mendengar perkataan Paulus: 'Hendaktlah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana' (Rm 6:12), siapa yang tetap murni dalam perbuatan, pikiran, dan pembicaraan, dapat berkata kepada Allah: 'Datanglah Kerajaan-Mu"' (Sirilus dari Yerusalem, catech. myst. 5 13).
Di bawah bimbingan Roh Kudus, orang-orang Kristen harus membeda-bedakan pertumbuhan Kerajaan Allah dari kemajuan kultur dan masyarakat, dalamnya mereka hidup. Pembedaan ini bukanlah pemisahan, karena panggilan manusia menuju kehidupan kekal tidak membebaskan dia dari kewajiban, untuk memanfaatkan kekuatan-kekuatan dan sarana-sarana yang diterima dari Allah untuk keadilan dan perdamaian Bdk. GS 22; 32; 39; 45; EN 31. di dalam dunia, melainkan mempertegas tugas ini.
Permohonan ini ditopang dan dikabulkan oleh doa Yesus Bdk. Yoh 17:17-20.. Di dalam Ekaristi doa ini hadir dan berdaya guna. Permohonan itu berbuah dalam kehidupan baru, yang sesuai dengan sabda bahagia Bdk. Mat 5:13-16; 6:24; 7:12-13..

III. "Jadilah Kehendak-Mu di Atas Bumi seperti di Dalam Surga"
Adalah kehendak Bapa kita, "supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran" (1 Tim 2:4). Ia sabar, karena "Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa" (2 Ptr 3:9) Bdk. Mat 18:14.. Perintah-Nya yang mencakup semua perintah lain dan menyatakan kehendak-Nya kepada kita, berbunyi: "Kasihilah sesamamu; sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi" (Yoh 13:34) Bdk. 1 Yoh 3:4; Luk 10:25-37..
"Allah telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya,... untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala, segala sesuatu... di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan - kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputugan kehendak-Nya" (Ef 1:9-11).
Demikianfah kita berdoa terus-menerus, agar keputusan yang berbelaskasihan ini dapat terlaksana di atas bumi, seperti sekarang ini di surga. Kehendak Bapa dipenuhi secara sempurna di dalam Kristus oleh kehendak manusiawi-Nya satu kali untuk selama-lamanya. Pada saat masuk ke dunia Yesus berkata: "Sungguh, Aku datang; untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku" (Ibr 10:7; Mzm 40:8). Hanya Yesus dapat mengatakan tentang Diri sendiri, bahwa Ia "senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada Bapa" (Yoh 8:29). Ketika berdoa dalam sakratul maut Ia menyetujui sepenuhnya kehendak Bapa: "Bukan kehendakKu, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi" (Luk 22:42) Bdk. Yoh 4:34; 5:30; 6:38..
Karena itu Yesus "menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita... menurut kehendak Allah dan Bapa kita" (Gal 1:4). "Karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus" (Ibr 10:10).
"Dan sekalipun Ia adalah Anak, Yesus telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya" (Ibr 5:8). Terlebih hal itu berlaku bagi kita, makhluk yang berdosa, yang telah menjadi anak angkat di dalam Yesus. Kita memohon kepada Bapa kita, agar Ia mempersatukan kehendak kita dengan kehendak Putera-Nya supaya kita memenuhi kehendak-Nya yaitu rencana keselamatan untuk kehidupan dunia. Dari diri kita sendiri kita sama sekali tidak mampu untuk itu, tetapi bersatu dengan Yesus dan berkat kekuatan Roh Kudus-Nya kita dapat menyerahkan kehendak kita kepada Bapa dan memutuskan untuk melakukan apa yang selalu dipilih Putera: melakukan apa yang berkenan kepada Bapa Bdk. Yoh 8:29..
Kalau kita setia kepada Kristus, "kita dapat menjadi satu Roh bersama Dia dan dengan demikian melaksanakan kehendak-Nya; maka kehendak ini akan dilaksanakan secara sempurna di dunia seperti di dalam surga" (Origenes, or. 26). "Lihatlah, bagaimana Yesus Kristus mengajar kerendahan hati kepada kita, dengan menjelaskan kepada kita, bahwa kebajikan bukan hanya hasil usaha kita melainkan juga hasil rahmat Allah. Juga di sini Ia menyuruh setiap kita, supaya di dalam doa memperhatikan kesejahteraan seluruh dunia. Oleh karena Ia tidak berkata: 'Jadilah kehendak-Mu' pada aku atau pada kalian, tetapi: 'di seluruh dunia', supaya segala kekeliruan hilang, kebenaran menjadi tampak, setiap kejahatan dibasmi, kebajikan masuk, dan dengan demikian tidak ada perbedaan lagi antara surga dan bumi" (Yohanes Krisostomus, hom. in Mat 19:5).
Dengan perantafaan doa "kita dapat mengetahui ... manakah kehendak Allah" (Rm 12:2) Bdk. Ef 5:17., dan "memperoleh ketekunan" untuk "melakukannya" (Ibr 10:36). Yesus mengajarkan kita bahwa bukan setiap orang yang memakai banyak kata akan masuk ke dalam Kerajaan surga, "melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga" (Mat 7:21). 2827 "Allah tidak mendengarkan orang berdosa, tetapi orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya" (Yoh 9:31) Bdk. 1
Yoh 5:14.. Doa Gereja dalam nama Tuhannya mempunyai kekuatan yang begitu besar, terutama dalam Ekaristi. Inilah persekutuan syafaat bersama Bunda Allah yang kudus Bdk. Luk 1:38.49. dan semua orang kudus, yang berkenan kepada Tuhan, karena hanya ingin memenuhi kehendak-Nya.
"Tanpa melecehkan kebenaran, kita dapat juga menerjemahkan kata-kata: 'Jadilah kehendakMu di atas bumi seperti di dalam surga' dengan: 'di dalam Gereja seperti di dalam Tuhan kita Yesus Kristus; di dalam mempelai yang sudah bertunangan dengannya, seperti di dalam mempelai pria, yang melakukan kehendak Bapa"' (Agustinus, serm. Dom. 2,6,24).

IV. "Berilah Kami Rezeki [Sehari-hari] pada Hari Ini"
Berilah kami. Sungguh indah kepercayaan anak-anak yang mengharapkan segala sesuatu dari Bapanya. Bapa "menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar"  Mat 5:45). "Pada waktunya" Ia memberi "makanan" (Mzm 104:27) kepada semua makhluk hidup. Yesus mengajarkan permohonan ini kepada kita untuk memuliakan Bapa kita dengan mengakui kebaikan-Nya yang tiada taranya.
"Berilah kami" adalah juga ungkapan perjanjian: Kita adalah milik Allah dan Ia adalah milik kita dan Ia memperhatikan kita. Dan melalui kata "kami" kita mengakui Dia pula sebagai Bapa semua manusia. Maka kita berdoa kepada-Nya untuk mereka semua, sambil menjadikan kebutuhan dan penderitaan mereka keprihatinan kita juga.
Rezeki kami. Mustahil bahwa Bapa, yang menganugerahkan kehidupan kepada kita, tidak memberikan juga makanan serta segala kebutuhan jasmani dan rohani lainnya bagi kehidupan itu. Dalam khotbah-Nya di bukit Yesus mengajarkan sebuah kepercayaan, di mana kita merasa terjamin dalam penyelenggaraan Bapa Bdk. Mat 6:25-34.. Dengan itu Yesus tidak menghendaki kita untuk menerima nasib secara acuh tak acuh Bdk. 2 Tes 3:6-13.. Ia ingih membebaskan kita dari segala kesusahan dan kecemasan yang menekan hati. Anak-anak Allah selalu membiarkan diri dalam penyelenggaraan Bapa mereka. "Mereka yang mencari Kerajaan dan keadilan Allah, akan juga mendapat segala sesuatu yang lain sesuai dengan janji-Nya. Karen bilasegalasesuatu adalah milik Allah, maka orang yang memiliki Allah tidak akan kekurangan apa pun, kalau ia sendiri tidak lupa akan kewajibannya terhadap Allah" (Siprianus, Dom. orat. 21)
Ada orang yang lapar karena mereka tidak mempunyai makanan. Kenyataan ini menyingkapkan satu arti yang lebih dalam dari permohonan tadi. Kelaparan di dunia mengajak semua orang Kristen, yang mau berdoa dengan jujur, supaya melaksanakan tanggung jawabnya terhadap saudara-saudarinya. Hal ini berkaitan dengan sikap pribadi dan solidaritas mereka dengan seluruh umat manusia. Maka permohonan dalam doa Tuhan tadi tidak dapat dipisahkan baik dari perumpamaan Lasarus yang miskin Bdk. Luk 16:19-31., maupun dari perumpamaan pengadilan terakhir Bdk. Mat 25:31-46..
Sebagaimana ragi mengembangkan adonan, demikian Kerajaan Allah harus mengembangkan dunia dengan bantuan Roh Kristus Bdk. AA 5.. Dan pengaruh ini harus dibuktikan dengan membuat relasi pribadi dan sosial, tata ekonomi, dan hubungan intemasional menjadi lebih adil. Sementara itu, tidak boleh dilupakan bahwa tanpa manusia berusaha untuk berlaku adil, tidak akan tercipta tata dunia yang adil.
Doa kita menyangkut rezeki "kita": "satu" untuk "banyak". Menurut sabda bahagia, kebajikan membagi-bagikan termasuk kemiskinan; yang menyerukan supaya memberikan dan membagi-bagikan barang-barang rohani dan jasmani, bukan karena terpaksa, melainkan karena cinta, supaya kelimpahan dari seseorang dapat mencukupkan kekurangan orang lain Bdk. 2 Kor 8:1-15..
"Berdoalah dan bekerjalah!" Bdk. Benediktus. reg. 20; 48.. "Berdoalah, seakan-akan segala sesuatu bergantung pada Allah, dan bekerjalah, seakan-akan segala sesuatu bergantung pada kamu". Juga apabila kita telah melakukan pekerjaan kita, makanan tetap merupakan anugerah dari Bapa kita; karena itu ada baiknya supaya meminta kepada-Nya, sambil berterima kasih kepada-Nya untuk itu. Itulah arti dari doa sebelum dan sesudah makan dalam keluarga Kristen.
Permohonan ini, dan tanggung jawab yang dituntutnya, berlaku juga untuk satu kelaparan lain, yang karenanya manusia binasa; "Manusia hidup bukan dari roti saja, melainkan dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah" (Mat 4:4) Bdk. Ul 8:3., artinya dari sabda dan dari napas Allah. Orang-orang harus melakukan segala upaya, supaya "mewartakan Injil kepada orang-orang miskin". Di dunia ada satu kelaparan lain, "bukan kelaparan akan makanan, bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman Tuhan" (Am 8:11). Karena itu arti yang khas Kristen dari permohonan keempat ini berhubungan dengan roti kehidupan. Itulah Sabda Allah yang harus kita terima dalam iman, dan tubuh Kristus yang kita terima dalam Ekaristi Bdk. Yoh 6:26-58..
Hari ini adalah ungkapan kepercayaan yang Tuhan ajarkan Bdk. Mat 6:34; Kel 16:19. Kepada kita, dan bukan suatu penemuan yang congkak. Karena ini terutama menyangkut Sabda Bapa dan tubuh Putera-Nya, maka "hari ini" bukan saja merupakan kekinian dari waktu kita yang fana, melainkan hari ini yang adalah milik Allah.
"Kalau engkau mendapat rezeki setiap hari, maka setiap hari adalah hari ini untukmu. Kalau Kristus hari ini milikmu, Ia bangkit tiap hari untukmu. Lalu bagaimana? 'Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan hari ini' (Mzm 2:7).
Hari ini lalu berarti, apabila Kristus bangkit!" (Ambrosius, sacr. 5, 26). Sehari-hari. Kata ini, epiofisios, hanya terdapat di sini dalam Perjanjian Baru. Kalau dimengerti dalam arti waktu, ia secara pedagogis mengulang "hari ini" Bdk. Kel 16:19-21., untuk menguatkan kita dalam satu kepercayaan tanpa syarat. Diterima dalam arti kualitatif, kata itu berarti yang perlu untuk kehidupan; selanjutnya, setiap barang yang mencukupi keperluan hidup Bdk. 1 Tim 6:8.. Secara harfiah [epiofisios: melampaui hakikat] kata itu secara langsung berarti roti kehidupan, tubuh Kristus, dan "obat dari kebakaan" (Ignasius dari Antiokia, Eph 20,2), dan tanpa itu kita tidak mempunyai kehidupan di dalam diri kita Bdk. Yoh 6:53-56.. Bersama arti harfiah menjadi nyata pula arti surgawi dari permohonan ini: "Hari ini" berarti hari Tuhan. Hari ini adalah hari perjamuan dalam Kerajaan Allah, yang telah diantisipasi dalam Ekaristi, prarasa dari Kerajaan yang akan datang. Karena itu cocok, bila merayakan Ekaristi setiap hari. "Ekaristi adalah roti kita sehari-hari. Makanan ilahi ini memiliki kekuatan persatuan; ia mempersatukan kita dengan tubuh Tuhan dan membuat kita menjadi anggota-Nya, sehingga kita menjadi apa yang kita terima... Roti seharihari ini juga terdapat dalam bacaan-bacaan yang setiap hari kalian dengarkan di dalam gereja, dalam madah-madah yang kalian dengarkan dan kalian nyanyikan.
Semuanya itu kita butuhkan untuk penziarahan kita" (Agustinus, serm. 57,7,7). Bapa di surga menasihati kita, agar sebagai anak-anak surga meminta roti surgawi ini Bdk. Yoh 6:51.. Kristus "sendiri adalah roti itu, yang ditaburkan di dalam perawan, diragikan dalam daging, diremas dalam kesengsaraan, digoreng dalam perapian makam, disimpan di dalam Gereja, dan dipersembahkan di atas altar. Ia membagi-bagikan roti ini kepada umat beriman hari demi hari sebagai makanan surgawi" (Petrus Krisologus, serm. 67).

V. "Ampunilah Kesalahan Kami, seperti Kami pun Mengampuni yang Bersalah kepada Kami"
Permohonan ini sungguh mengherankan. Seandainya ia hanya mempunyai bagian pertama dari kalimat itu, "ampunilah kesalahan kami", maka ia sudah terkandung dalam tiga permohonan pertama dari Bapa Kami, karena kurban Kristus dimaksudkan demi pengampunan dosa. Tetapi sesuai dengan bagian kedua dari kalimat itu, permohonan kita hanya dikabulkan, kalau sebelumnya kita sudah memenuhi satu tuntutan. Permohonan kita mengarah ke masa depan; jawaban kita sudah harus mendahuluinya; satu kata menghubungkan keduanya: "seperti"."Ampunilah Kesalahan Kami?"
Dalam kepercayaan yang berani kita sudah mulai berdoa kepada Bapa kita. Dalam permohonan, agar nama-Nya dikuduskan kita sudah berdoa pula, supaya kita sendiri semakin dikuduskan. Walaupun kita memakai pakaian Pembaptisan, kita tidak berhenti berdosa dan memalingkan diri dari Allah. Sekarang, dalam permohonan baru ini, kita kembali lagi kepada-Nya seperti anak yang hilang itu Bdk. Luk 15:11-32. dan kita mengakui diri di depan-Nya sebagai pendosa, seperti yang dilakukan oleh pemungut cukai Bdk. Luk 18:13.. Permohonan kita mulai dengan "pengakuan", di mana kita sekaligus mengakui kesusahan kita dan kerahiman Allah.
Harapan kita tidak tergoyahkan, karena di dalam Putera-Nya "kita memiliki penebusan yaitu pengampunan dosa" (Kol 1:14; Ef 1:7). Di dalam Sakramensakramen Gereja-Nya kita mendapat tanda pengampunan-Nya yang berdaya guna Bdk. Mat 26:28; Yoh 20:23. dan tidak diragukan lagi.
Sungguh mengejutkan bahwa kerahiman ini tidak dapat meresap di hati kita sebelum kita mengampuni yang bersalah kepada kita. Sebagaimana tubuh Kristus, demikian pula cinta tidak dapat dibagi-bagi. Kita tidak dapat mencintai Allah yang tidak kita lihat, kalau kita tidak mencintai saudara dan saudari kita yang kita lihat Bdk. 1 Yoh 4:20.. Kalau kita menolak mengampuni saudara dan saudari kita, hati kita menutup diri dan kekerasannya tidak dapat ditembus oleh cinta Allah yang penuh kerahiman. Tetapi dengan mengakui dosa-dosa, hati kita membuka diri lagi untuk rahmat-Nya.
Permohonan ini sungguh penting, karena ia adalah satu-satunya yang dibicarakan dan dijelaskan Tuhan dalam khotbah-Nya di bukit Bdk. Mat 6:14-15; 5:23-24; Mrk 11:25..
Bagi manusia memang tidak mungkin untuk memenuhi tuntutan penting dari misteri perjanjian ini, tetapi "untuk Allah tidak ada yang mustahil". "... seperti Kami pun Mengampuni yang Bersalah kepada Kami"
"Seperti" ini bukanlah satu-satunya dalam ajaran Yesus: "Haruslah kamu sempurna, seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna" (Mat 5:48). "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati" (Luk 6:36). "Aku memberikan perintah baru kepada kamu yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu..." (Yoh 13:34). Tidaklah mungkin mengikuti perintah Tuhan, andaikata itu berarti mengikuti contoh ilahi secara lahiriah. Tetapi di sini dimaksudkan satu keikutsertaan yang hidup "yang keluar dari kedalaman hati", pada kekudusan, kerahiman, dan cinta Allah kita. Hanya Roh, yang dari-Nya kita "hidup" (Gal 5:25), dapat membuat Bdk. Flp 2:1.5. sikap Yesus menjadi sikap "kita". Kesatuan pengampunan menjadi mungkin, apabila kita saling mengampuni, "sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu" (Ef 4:32).
Dengan demikian kata-kata Tuhan mengenai pengampunan, artinya cinta yang mencintai sampai kesudahannya Bdk. Yoh 13:1., menjadi hidup. Perumpamaan tentang hamba yang tidak berbelas-kasihan, yang mengakhiri ajaran Tuhan mengenai persekutuan Gereja Bdk. Mat 18:23-35., berakhir dengan perkataan: "Bapa-Ku yang di surga akan berbuat demikian juga kepada kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu". Segala sesuatu bergantung pada segenap "hati". Tidak berada dalam kekuasaan kita untuk tidak merasakan lagi kesalahan dan dengan demikian melupakannya; tetapi hati yang membuka diri bagi Roh Kudus, dapat menjadikan luka ini suatu belas kasihan dan membersihkan pikiran, dengan menjadikan kesalahan itu suatu syafaat.
Doa Kristen malahan mengampuni musuh-musuh Bdk. Mat 5:43-44.. Ia mengubah murid, dengan menjadikannya serupa dengan Guru-Nya. Pengampunan adalah suatu puncak doa Kristen. Karena itu, hanya hati yang sesuai dengan belas kasihan ilahi, dapat menerima anugerah doa di dalam dirinya. Pengampunan membuktikan juga bahwa di dunia kita ini cinta lebih kuat daripada dosa. Para martir pada masa lampau dan dewasa ini memberikan kesaksian ini untuk Yesus. Pengampunan adalah syarat utama untuk perdamaian Bdk. 2 Kor 5:18-21. anak-anak Allah dengan Bapa-Nya dan di antara manusia satu sama lain".
Pengampunan ini yang menurut kodratnya bersifat ilahi tidak mengenal takaran maupun batas Bdk. Mat 18:21-22; Luk 17:3-4.. Kalau yang dibicarakan itu adalah kesalahan (menurut Luk 11:4 "dosa"; menurut Mat 6:12 "utang"), maka kitalah sebenarnya orang yang selalu berutang: "Janganlah kamu berutang apa-apa kepada siapa pun, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi" (Rm 13:8). Persekutuan Tritunggal Mahakudus adalah asal dan ukuran kemurnian setiap hubungan Bdk. 1 Yoh 3:19-24.. Di dalam doa, terutama dalam Ekaristi, persekutuan itu dihayati Bdk. Mat 5:23-24..
"Allah tidak menerima kurban orang yang tidak rela berdamai, dan menjauhkan mereka dari altar, supaya berdamai dulu dengan saudaranya, supaya melalui permohonannya yang cinta damai itu mereka juga dapat menemukan perdamaian pada Allah. Kurban yang paling indah di mata Allah adalah apabila perdamaian dan kerukunan ada di antara kita dan apabila umat diikat dalam persatuan dengan Bapa dan Putera dan Roh Kudus" (Siprianus, Dom. orat. 23).

VI. * "Dan Janganlah Masukkan Kami ke Dalam Percobaan"
Permohonan ini berakar dalam permohonan yang mendahuluinya, karena dosa kita adalah hasil dari persetujuan kita kepada percobaan. Kita memohon Bapa kita, supaya jangan "masukkan" kita ke dalam percobaan. Tidaklah mudah untuk mengungkapkan dalam satu kata ungkapan Yunani yang kira-kira berarti "janganlah membiarkan kami masuk ke dalam percobaan" Bdk. Mat 26:41. atau "janganlah kami dikalahkan olehnya". "Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun" (Yak 1:13); Ia malahan lebih banyak hendak membebaskan kita darinya. Kita mohon kepada-Nya, supaya jangan membiarkan kita berjalan di jalan yang menuju dosa. Kita berada dalam perjuangan "antara daging dan roh". Demikianlah permohonan Bapa Kami ini memohon roh pembedaan dan kekuatan.
Roh Kudus menyanggupkan kita membeda-bedakan antara percobaan, yang memang perlu sebagai "masa percobaan" penuh harapan (Rm 5:3-5) demi pertumbuhan manusia batin Bdk. Luk 8:13-15; Kis 14:22; 2 Tim 3:12., dan godaan yang membawa dosa dan kematian Bdk. Yak 1:14-15.. Kita juga harus membeda-bedakan antara "digoda" dan "menyetujui godaan". Selanjutnya anugerah pembedaan membuka kedok penipuan godaan: kelihatannya benda itu indah, menarik, dan "sedap" (Kej 3:6), tetapi pada hakikatnya ia menggiring menuju kematian.
"Allah tidak memaksakan kebaikan, tetapi Ia menghendaki makhluk bebas... Juga godaan mempunyai kebaikannya. Di luar Allah tidak seorang pun tahu apa yang sudah diterima jiwa kita dari Allah, kita sendiri pun tidak. Tetapi godaan membuka rahasia, supaya mengajar kita, agar mengenal diri sendiri dan dengan demikian menemukan kesusahan kita; dan supaya mewajibkan kita, untuk berterima kasih bagi semua yang baik, yang telah godaan singkapkan bagi kita" (Origenes, or. 29).
Supaya dapat melawan godaan, dibutuhkan satu keputusan hati. "Karena di mana hartamu, di situ juga hatimu... Tidak ada seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan" (Mat 6:21.24). "Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh" (Gal 5:25). Dalam "persetujuan" ini kepada Roh Kudus, Bapa memberi kita kekuatan. "Percobaan yang kamu alami adalah percobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya (1 Kor 10:13).
Tetapi kemenangan dalam perjuangan yang demikian itu hanyalah mungkin di dalam doa. Yesus mengalahkan penggoda sejak awal Bdk. Mat 4:1-11. sampai kepada perjuangan terakhir dalam sakratul maut-Nya Bdk. Mat 26:36 -44. melalui doa. Dengan demikian, dalam permohonan ini kepada Bapa kita Kristus mempersatukan kita dengan peduangan-Nya dan sakratul maut-Nya. Kita dinasihati dengan sangat, supaya dalam persekutuan dengan Dia, membuat hati kita waspada Bdk. Mrk 13:9.23.33-37; 14:38; Luk 12:35-40.. Kewaspadaan adalah "penjaga" hati. Yesus memohon untuk kita kepada Bapa-Nya dengan perkataan: "Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu" (Yoh 17:11). Tanpa henti-hentinya Roh Kudus mengajak kita untuk waspada Bdk. 1 Kor 16:13; Ko14:2; 1 Tes 5:6; 1 Ptr 5:8.. Dalam godaan terakhir perjuangan kita di dunia ini kesungguhan permohonan ini menjadi nyata; ia meminta ketabahan sampai akhir. "Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia yang berjaga-jaga" (Why 16:15).

VII. * "Tetapi Bebaskanlah Kami dari yang Jahat"
Juga permohonan terakhir kepada Bapa kita disokong oleh doa Yesus: "Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat" (Yoh 17:15). Ini menyangkut setiap kita secara pribadi, tetapi selalu "kitalah" yang berdoa: dalam persekutuan dengan seluruh Gereja dan demi pembebasan seluruh umat manusia. Doa Tuhan selalu membuka seluruh rencana keselamatan kita, agar keterlibatan kita yang tidak terelakkan dalam dosa dan kematian, diubah menjadi solidaritas dalam Tubuh Kristus, dalam "persekutuan para kudus" Bdk. RP 16..
Dalam permohonan ini, kejahatan bukanlah hanya satu pikiran, melainkan menunjukkan satu pribadi, setan, si jahat, malaikat yang berontak terhadap Allah. "Iblis" [diabolos] melawan keputusan ilahi dan karya keselamatan yang dikedakan di dalam Kristus.
Setan "adalah pembunuh manusia sejak semula... ia pendusta dan asal segala dusta" (Yoh 8:44). Dialah "si ular tua yang bernama iblis, yang menyesatkan seluruh dunia" (Why 12:9). Melalui dia dosa dan kematian masuk ke dalam dunia. Oleh kekalahannya secara definitif "segala ciptaan dibersihkan dari kebusukan dosa dan dilepaskan dari belenggu maut" (MR, Doa Syukur Agung IV). "Kita tahu bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa, tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya dan si jahat tidak dapat menjamahnya. Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah, tetapi seluruh dunia berada di bawah kuasa sijahat" (1 Yoh 5:18-19).
"Tuhan, yang telah menghapus dosa kalian dan mengampuni kesalahan kalian, mampu melindungi dan membela kalian terhadap tipu muslihat setan, yang berjuang melawan kalian, supaya musuh yang biasanya menimbulkan dosa, tidak mengejutkan kalian. Barang siapa mempercayakan diri kepada Allah, tidak takut akan setan. 'Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?' (Rm 8:31)". (Ambrosius, sacr. 5,30).
Pada saat Yesus menerima kematian dengan sukarela guna memberikan kehidupan-Nya kepada kita, kemenangan diperoleh atas "penguasa dunia" (Yoh 14:30) satu kali untuk selama-lamanya. Itulah pengadilan atas dunia ini, dan penguasa dunia ini "dilemparkan ke luar" (Yoh 12:31) Bdk Why 12:11.. Ia "memburu wanita itu" Bdk. Why 12:13-16., tetapi ia tidak berkuasa atasnya; Hawa baru yang "terberkati" oleh Roh Kudus, dibebaskan dari dosa dan dari kebusukan kematian (karena dikandung tanpa noda dosa dan karena sebagai Bunda Allah yang selalu perawan, Maria diangkat ke dalam surga). "Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain" (Why 12:17). Karena itu Roh dan Gereja berdoa: "Datanglah, ya Tuhan Yesus" (Why 22:20) Bdk. Why 22:17., karena kedatangan- Nya akan membebaskan kita dari yang jahat.
Kalau kita memohon, agar dibebaskan dari yang jahat, kita juga memohon untuk dibebaskan dari.segala kemalangan, yang lampau, yang sekarang, dan yang akan datang, yang asalnya dan penggodanya adalah si jahat. Dalam permohonan terakhir ini Gereja membawa seluruh kesusahan dunia ke depan Bapa. Dengan pembebasan dari yang jahat, yang membebani umat manusia, Gereja memohon hal yang bernilai yakni perdamaian dan rahmat supaya dengan tabah menantikan kedatangan Kristus kembali. Kalau Gereja berdoa demikian, ia mengantisipasi dalam kerendahan hati yang beriman persatuan dari semua dan segala-galanya dalam Dia, yang "memegang segala kunci maut dan kerajaan maut" (Why 1:18), "yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa" (Why 1:8) Bdk. Why 1:4..
"Ya Bapa, bebaskanlah kami dari segala kemalangan dan berilah kami damai-Mu. Kasihanilah dan bantulah kami supaya selalu bersih dari noda dosa dan terhindar dari segala gangguan, sehingga kami dapat hidup dengan tenteram sambil mengharapkan kedatangan Penyelamat kami Yesus Kristus" (MR, Embolisme).

DOKSOLOGI PENUTUP
Doksologi penutup "Sebab Engkaulah raja, yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya" mengangkat kembali ketiga permohonan kepada Bapa: kemuliaan nama-Nya, kedatangan Kerajaan-Nya, dan kekuasaan kehendak keselamatan-Nya.
Tetapi pengulangan ini terjadi, seperti di dalam liturgi surgawi Bdk. Why 1:6; 4:11; 5:13., dalam penyembahan dan ucapan terima kasih. Penguasa dunia ini telah mencaplok ketiga gelar kerajaan, kekuasaan, dan kemuliaan Bdk. Luk 4:5-6. atas cara yang curang. Kristus, Tuhan, mengembalikannya kepada Bapa-Nya dan Bapa kita, sampai Dia menyerahkan kembali Kerajaan kepada-Nya, apabila misteri keselamatan diselesaikan secara definitif dan Allah menjadi semua di dalam semua Bdk. 1 Kor 15:24-28..
"Pada akhir doa kamu mengatakan 'Amin'. Dengan perkataan 'Amin', artinya 'Semoga terjadi', kamu mengesahkan isi doa yang diajarkan Allah" (Sirilus dari Yerusalem, catech., myst. 5:18).

TEKS-TEKS SINGKAT
Ketiga permohonan pertama dari Bapa Kami menyangkut kehormatan Bapa: pengudusan nama-Nya, kedatangan Kerajaan-Nya, dan pemenuhan kehendak ilahi-Nya. Keempat permohonan yang lain mengemukakan kepada-Nya persoalan yang menyangkut kehidupan kita: semoga Ia memberi makanan kepada kita, menyembuhkan kita dari dosa, dan mendampingi kita dalam perjuangan kita untuk memenangkan yang baik atas yang jahat.
Kalau kita memohon: "Dimuliakanlah nama-Mu, " kita masuk ke dalam keputusan Allah. Nama-Nya, yang untuk pertama kali diwahyukan kepada Musa dan kemudian melalui Yesus, harus dimuliakan oleh kita dan di dalam kita serta di dalam setiap bangsa dan setiap manusia.
Di dalam permohonan kedua, Gereja terutama mendoakan kedatangan kembali Kristus dan kedatangan Kerajaan Allah secara definitif. Ia juga berdoa untuk pertumbuhan Kerajaan Allah pada kehidupan kita "hari ini".
Dalam permohonan ketiga kita mohon kepada Bapa, semoga Ia mempersatukan kehendak kita dengan kehendak-Nya, supaya terpenuhilah keputusan keselamatan-Nya dalam kehidupan dunia.
Dalam permohonan keempat "berilah kami ", kita mengutarakan dalam persekutuan dengan saudara-saudari kita kepercayaan kita sebagai anak kepada Bapa di surga. "Rezeki " berarti makanan duniawi yang perlu bagi kehidupan kita semua. Ia juga menandakan roti kehidupan, Sabda Allah dan tubuh Kristus. Ia diterima "hari ini" dari Allah sebagai makanan hakiki yang tidak dapat diganti, yakni perjamuan pesta dalam Kerajaan Allah yang diantisipasi dalam Ekaristi.
Permohonan kelima meminta kerahiman Allah untuk kesalahan kita. Ini hanya dapat meresap di hati kita, apabila kita sudah mengampuni musuh-musuh kita menurut contoh Kristus dan dengan bantuan-Nya.
Dengan kalimat "Janganlah masukkan kami ke dalam percobaan " kita memohon kepada Allah, supaya jangan membiarkan kita masuk ke jalan yang menuju dosa. Permohonan ini meminta roh pembeda dan kekuatan; memohon rahmat, supaya tetap waspada dan tabah sampai akhir.
Dalam permohonan terakhir "Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat" orang Kristen berdoa bersama Gereja kepada Allah, supaya Ia menampilkan kemenangan atas "penguasa dunia", setan, yang sudah diperoleh melalui Kristus. Setan adalah malaikat yang secara pribadi berontak terhadap Allah dan keputusan keselamatan-Nya.
Melalui "Amin" kita mengungkapkan "Fiat" kita menyangkut ketujuh permohonan itu : "jadilah demikian".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar