Setiap pewartaan yang dikabarkan oleh setiap pengikut Kristus yang diceritakan dalam Kitab Perjanjian Baru selalu berkisar mengenai hal Kebangkitan Yesus Kristus. Injil atau Kabar Baik, intinya merupakan berita (kabar baru) mengenai Kebangkitan Kristus. Suatu pesan yang terdengar dengan lantang dari jaman dahulu kala, yang membakar semangat, mengubah hidup setiap manusia dan memutarbalikkan dunia bukanlah hanya berupa berita dengan isi pesan “kasihilah sesamamu”. Karena setiap orang yang moralnya baik telah mengetahui hal mengenai “kasihilah sesamamu”; dan hal itu bukanlah berita yang baru. Yang dimaksud berita baru, Kabar Baik, adalah bahwa ada seorang manusia yang menyatakan dirinya Anak Allah dan sang Penyelamat dunia, dan yang telah bangkit dari mati.
Ada satu pewartaan kebangkitan Yesus Kristus yang terdapat dalam Kitab Perjanjian Baru (Kisah Para Rasul 17:18) oleh Paulus yang mewarta kepada golongan filsafat Stoa dan Epikuros di Atena. Kedua golongan filsafat itu mengira Paulus mewarta mengenai 2 (dua) Dewa yang baru yaitu Yesus dan Anastasis (Kebangkitan dalam bahasa Yunani). Pada Kisah Para Rasul 17:18 itu terdapat pewartaan yang penting oleh Paulus mengenai Kebangkitan, dan pertentangan oleh para filsuf dan cendikiawan Atena karena pewartaan itu membingungkan bagi mereka. (Dan mungkin sampai sekarang).
Tantangan logika yang dihadapi oleh para filsuf dan cendekia pada kisah itu (dapat kita golongkan mewakili orang-orang yang skeptis) adalah: Jika pewartaan oleh Paulus itu dapat dibuktikan bahwa Yesus benar-benar bangkit dari mati, apakah kita dapat mempercayai dalam Dia kita juga akan diselamatkan? Karena jika Yesus benar-benar bangkit, hal itu mengesahkan, membuktikan bahwa ke-illahian-Nya benar bukan hanya manusia biasa, tetapi juga Allah (100% Manusia, 100% Allah), karena kematian di kayu salib membuktikan Dia adalah Manusia, dan kebangkitan-Nya membuktikan bahwa Dia adalah Allah, dan ke-illahian-Nya itu mengesahkan semua hal yang pernah Dia katakan, sebab Allah tidak berkata bohong.
Ada seseorang filsuf (Rudolf Bultmann) berlatarbelakang lutheran yang mengatakan seandainya ditemukan suatu bukti yang menunjukan bahwa Yesus Kristus tidak bangkit; bukti objektif semisalnya tulang-belulang dari tubuh Yesus, hal tersebut tidak akan mengubah inti dari Kekristenan (dia menulis Demitologisasi terhadap Pesan Perjanjian Baru, berupa kritik yang upaya untuk membuat realitas ajaran-ajaran Yesus lebih dapat dipahami oleh para pembaca modern yang terdidik). Pemikiran dari Rudolf Bultmann ini bertolakbelakang dengan Paulus, dan kurang memahami kenapa begitu penting bukti kebangkitan Yesus Kristus bagi iman dan ajaran Kristen.
Karena menurut Paulus, Jika Kristus tidak bangkit, maka :
- Pewartaan kita akan Yesus Kristus akan sia-sia.
- dan Iman kita akan Yesus Kristus akan sia-sia
- Kita bahkan akan dikenal sebagai orang yang salah mengrepresentasikan Allah; karena kita bersaksi bahwa Allah telah membangkitkan Kristus, tetapi jika bukti menunjukan Dia tidak bangkit memberi kenyataan bahwa Yesus Kristus tidak bangkit.
- Pengharapan kita dalam Yesus Kristus untuk dapat diselamatkan dari dosa dan kebinasaan juga sia-sia.
- Semua orang yang meninggal dalam iman akan Yesus Kristus juga akan sia-sia.
Membandingkan pendapat Rudolf Bultmann dengan Paulus, maka kita dapat mengetahui bahwa Rudolf Bultmann keliru menilai Kebangkitan Yesus Kristus adalah hal yang kurang penting. Apakah menurut kita, Rudolf Bultmann seorang yang hidup pada masa jauh setelah Yesus dan bukan seorang Yahudi (melainkan Jerman) lebih mengetahui Yesus berdasarkan buku lebih menyakinkan daripada Paulus seorang Pewarta Yahudi yang hidup pada masa Yesus?
Kebangkitan Yesus Kristus adalah hal yang sangat penting karena hal tersebut melengkapi keselamatan kita. Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan kita dari dosa dan kematian (kematian adalah konsekuensi dari dosa). (Roma 6:23).
Kebangkitan juga merupakan pembeda yang jelas antara Yesus dengan tokoh agama lainnya. Relik tulang dari tubuh Abraham, Muhammad, Budha, dan Confusius, Lao-tzu, dan Zoroaster masih tetap berada di bumi, sedangkan Kubur Yesus kosong.
Konsekuensi adanya kebangkitan Yesus Kristus berimbas ke kehidupan manusia tidak dapat diukur. Kebangkitan Yesus tersebut merupakan bukti empiris, konkrit, dan faktual bahwa kehidupan mempunyai harapan dan makna; “cinta kasih lebih besar dari kematian”; kebaikan dan kekuatan saling bersatupadu, bukan bertentangan; kehidupan kekal merupakan kemenangan pada akhir jaman; Allah telah mengulurkan tanggan-Nya kepada kita dan mengalahkan musuh terakhir kita yaitu maut; dan kita bukanlah ‘yatim piatu’ di semesta alam karena Dia-lah Allah Bapa kita. Dan konsekuensi adanya kebangkitan Yesus ini juga dapat dilihat dengan membandingkan keberadaan para murid sebelum dan sesudah kebangkitan Yesus. Sebelum kebangkitan (dimulai ketika Yesus ditangkap dan didera) para murid dipenuhi rasa ketakutan, menyangkal Guru (Yesus), dan bersembunyi di balik pintu yang terkunci rapat. Dan setelah kebangkitan Yesus Kristus, para murid berubah dari sekelompok orang yang ketakutan menjadi orang suci (santo) yang penuh percaya diri, misionaris yang merubah dunia, martir yang gagah berani dan penuh kebahagiaan mewartakan Yesus Kristus.
Hal yang terpenting dari kebangkitan Yesus Kristus bukan terletak pada masa lampau – “Kristus telah bangkit” – tetapi pada saat ini – “Kristus bangkit.” Malaikat yang muncul di kubur Yesus bertanya kepada para wanita yang mencari Yesus, “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati?” (Lukas 24:5). Pertanyaan yang sama dapat juga ditanyakan kepada sejarahwan dan peneliti jaman ini. Jika kita tidak menyimpan kabar gembira, tidak membiarkan “Dia” hanya dalam catatan “sejarah” atau “Apologetik”, dan kita tidak berdiam diri, DIA saat ini dapat membebaskan dan memberi semangat hidup kita sedasyat yang pernah Dia lakukan pada 2000 tahun yang lalu; dan dengan kebebasan dan semangat yang diberikan kepada kita dapat mencengangkan dan menarik perhatian semua orang yang belum mengenal Dia, mengembalikan kepercayaan orang-orang yang pernah berbalik dan takut. Itulah pentingnya adanya Kebangkitan Yesus Kristus.
Sumber: Pendalaman Iman Katolik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar