Senin, 30 Januari 2017

Basil dari Kaisarea


Basil dari Kaisarea, juga dijuluki Santo Basilius Agung, adalah seorang teolog, Bapa Gereja sekaligus Doktor Gereja pada abad ke-4. Salah satu sumbangan darinya adalah melakukan integrasi kebudayaan klasik ke dalam agama Kristen.

Basil dilahirkan di Kaisaria, Kappadokia dalam sebuah keluarga yang kaya dan saleh pada tahun 329. Ia adalah anak sulung dalam keluarga dan memiliki kondisi fisik yang lemah. Seluruh keluarganya giat dalam bidang kegerejaan. Bahkan, ia dan dua saudara laki-lakinya, yakni Gregorius dari Nissa dan Petrus dari Sebaste menjadi uskup.

Basil menerima pendidikan dasarnya dari ayahnya sendiri karena ayahnya adalah seorang guru retorika. Kemudian, ia pergi ke Konstantinopel dan belajar pada Libanus, seorang guru retorika yang terkemuka pada masa itu. Setelah itu, ia pergi ke Athena untuk mempelajari retorika, matematika, dan filsafat. Ia belajar filsafat pada kelompok Sofis, yakni kepada Himerius dan Proaeresius. Setelah itu, ia kembali ke Kappadokia dan mengajar retorika selama beberapa waktu.

Karena kecerdasannya sebagai guru retorika, ia menjadi sombong. Setelah saudara perempuannya mengingatkan dia mengenai kesombongannya, ia bertobat dan dibaptiskan.

Demikianlah kutipan pernyataan spiritualitasnya dalam sebuah surat :
“Aku telah menyia-nyiakan banyak waktu pada kebodohan dan menghabiskan hampir semua tenaga kerja muda saya pada kesia-siaan, dan pengabdian kepada kearifan yang telah dibuat bodoh oleh Allah. Tiba-tiba, aku terbangun dari tidur nyenyak. Aku melihat cahaya indah dari kebenaran Injil, dan aku mengenali kehampaan kebijaksanaan para pangeran di dunia ini.”
Setelah itu, ia meninggalkan pekerjaannya sebagai guru retorika dan melakukan perjalanan ke Mesir, Siria dan Palestina untuk belajar kehidupan bertapa. Kemudian, ia kembali ke negerinya dan membagi-bagikan kekayaannya pada orang miskin karena merasa tertarik dengan kehidupan para pertapa. Ia lalu pergi ke tempat yang sunyi di Pontus dan mengajar di sana. Dalam khotbah-khotbahnya, ia selalu menegaskan prinsip-prinsip sosial. Ia berpendapat bahwa semua orang diciptakan Allah dan dikasihi Allah. Oleh karena itu, semua orang pada dasarnya sama dan memiliki martabat yang sama.
Pada tahun 364, ia diangkat menjadi seorang presbiter di Kaisarea dan ditahbiskan menjadi uskup di tempat yang sama pada tahun 370. Pada masa ini, Basil terus berjuang untuk melawan Arianisme yang mencoba mengambil alih Kappadokia sebagai salah satu dari wilayah mereka.

Kondisi fisiknya yang kurang baik diperparah dengan cara hidup asketis yang keras. Makanannya hanyalah roti, garam, dan sayuran. Dalam hidup asketisnya, ia menekankan keseimbangan antara bekerja dan berdoa. Selain itu, ia juga memberikan perhatian yang sangat besar bagi orang miskin dan menderita. Salah satu bentuk perhatiannya adalah dengan membangun sebuah rumah sakit besar yang ditujukan untuk merawat orang-orang yang sakit kusta.
“Berikanlah makanan terakhirmu kepada pengemis yang mengetuk pintumu, dan percayalah akan belas kasihan Tuhan.”

- St.Basilius Agung
Ia meninggal pada tahun 379. Salah satu peninggalannya bagi Gereja Timur adalah liturgi yang masih dipergunakan oleh Chrysostomus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar