Rabu, 14 Februari 2018

Rabu Abu di dalam Gereja Katolik


Rabu Abu: Hari Pertama masa pra-Paskah
Di dalam Gereja Katolik, Rabu Abu adalah hari pertama dimulainya masa pra-Paskah (dalam bahasa inggris: Lent), yaitu masa persiapan menyambut hari raya Paskah, hari Kebangkitan Yesus Kristus pada hari Minggu Paskah. (dalam tradisi Gereja Katolik ritus Timur, masa pra-Paskah dimulai lebih awal 2 hari yaitu hari senin – Clean Monday).

Rabu Abu selalu diperingati pada 46 hari sebelum Paskah. Karena Paskah selalu jatuh pada tanggal yang berbeda setiap tahunnya, maka begitu juga dengan hari Rabu Abu. Walaupun hari Rabu Abu bukanlah hari raya yang wajib bagi umat Katolik, namun Gereja Katolik sangat mendorong umatnya untuk mau menghadiri misa pada hari Rabu Abu agar menandai dimulainya pekan suci pra-Paskah. 

Pembagian, Pemberian Abu: 
Dalam misa Rabu Abu, abu diberikan kepada umat. Abu tersebut diperoleh dari hasil pembakaran daun palem yang telah diberkati dan dibagikan pada minggu palma pada 1 tahun sebelumnya; banyak Gereja Katolik yang tersebar di seluruh dunia meminta umatnya untuk mengembalikan daun palem yang dibawa pulang ke rumah, daun palem yang sudah mengering agar dapat dibakar dan dijadikan Abu. 

Abu itu pada misa Rabu Abu setelah diberkati oleh Pastor dan diperciki dengan air suci, para umat diperbolehkan untuk maju menerima Abu. Pastor mencelupkan ibu-jari ke dalam abu dan memberikan abu tersebut dengan tanda salib pada setiap dahi umat, seraya berkata: “Ingatlah, manusia dari abu kembali menjadi abu, dari debu kembali menjadi debu” (atau ungkapan sejenisnya yang mirip). 

Hari Tobat: 
Pemberian Abu mengingatkan kita mortalitas (hidup duniawi yang akan berakhir nanti) kita, dan mengajak kita untuk bertobat. Pada masa Gereja awal, Rabu Abu adalah hari yang diperuntukkan bagi para pendosa dan orang-orang yang ingin kembali ke pangkuan Gereja, untuk memulai pertapaan sebagai wujud penyesalan dan tanda tobat. Abu yang kita terima merupakan pengingat akan kedosaan kita, dan banyak umat Katolik yang membiarkan tanda salib dari Abu di dahi kepala mereka sebagai tanda kerendahan hati. 

Berpuasa dan berpantang diperlukan: 
Gereja Katolik menekankan bahwa pentingnya bentuk penyesalan akan dosa kita nyatakan juga dengan puasa dan berpantang memakan daging. Umat Katolik yang berumur 18 tahun hingga 60 diminta untuk berpuasa, yaitu mereka hanya boleh makan malam dengan lengkap (minus daging) dan hanya 2 porsi yang sedikit pada pagi dan siang hari; dan tidak boleh ada makanan lain selain dari pada itu. Dan bagi umat di atas umur 14 tahun untuk menahan diri untuk memakan daging, atau makanan yang mengandung daging pada hari Rabu Abu. 

Mengambil persediaan untuk kehidupan spiritual kita: 
Berpuasa dan berpantang bukanlah bentuk sederhana dari penyesalan akan dosa kita, namun; keduanya mengajak kita untuk mengambil persediaan untuk kehidupan spiritual kita. Dengan masa pra-Paskah, kita seharusnya memberi suatu poin yang perlu kita capai sebelum hari raya Paskah tiba, dan kita memutuskan bagaimana kita akan mencapainya – sebagai contoh: dengan pergi setiap hari jika ada misa jika kita dapat dan menerima Sakramen Pengakuan Dosa lebih sering. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar