Selasa, 17 Oktober 2017

Ignatius dari Antiokhia


Ignatius adalah murid Santo Yohanes, Rasul dan Penulis Injil. Bagi Yohanes, Ignatius adalah murid yang mengesankan: ia pandai, saleh dan bijaksana. Oleh karena itu ia kemudian diangkat menjadi Uskup Antiokia. Pada masa itu umat Kristen dikejar-kejar dan dianiaya oleh kaki tangan Kaisar Trajanus. Ignatius sendiri tidak luput dari pengejaran dan penganiayaan itu. Biasanya kepada mereka ditawarkan hanya dua kemungkinan: murtad atau mati. Kalau mereka murtad dan menyangkal imannya, mereka akan selamat; kalau tidak, nyawanya akan melayang oleh pedang atau dibunuh dengan cara-cara lain.

Bersama Ignatius, banyak orang Kristen yang ditangkap, dihadapkan kepada kaisar yang datang ke kota itu. Kaisar menanyai Ignatius: "Siapakah engkau, hai orang jahat yang tidak menaati titahku?" Dengan tenang Ignatius menjawab: "Janganlah menyebut jahat orang yang membawa Tuhan dalam dirinya. Akulah Ignatius, pemimpin orang-orang yang sekarang berdiri di hadapanmu. Kami semua pengikut Kristus yang telah disalibkan bagi keselamatan umat manusia. Kristus itulah Tuhan kami dan Ia tetap tinggal dalam hati kami dan menyertai kami."

Jawaban tegas Ignatius itu menimbulkan amarah kaisar. Ia segera dibelenggu dan disiksa. Tetapi sebagaimana Kristus, Ignatius pun menanggung semua penderitaan itu dengan tabah sambil bersyukur kepada Tuhan karena boleh mengambil bagian dalam penderitaan Kristus. Dari Antiokia, Ignatius dibawa ke Roma untuk dicampakkan ke dalam kandang singa-singa lapar. Di atas kapal yang ditumpanginya, ia tetap berdoa untuk umatnya, dan menulis beberapa pucuk surat kepada Santo Polykarpus dan seluruh umat. Dalam surat-surat itu, ia menekankan betapa pentingnya umat tetap setia kepada imannya dan tetap berkumpul untuk merayakan Ekaristi Kudus. Katanya dalam surat itu: “Satu saja Tubuh Tuhan kita Yesus Kristus dan satu juga Piala DarahNya. Keduanya dikurbankan di atas satu altar oleh satu Uskupmu bersama imam-imam dan diakon-diakon." Ignatius juga meminta agar seluruh umat mendoakan dia supaya layak menjadi martir Kristus yang suci. "Doakanlah aku, agar aku mendapat kekuatan lahir dan batin, menjadi seorang yang tabah dalam iman, dan supaya aku menjadi benar-benar orang Kristen, bukan saja dengan nama tetapi lebih-lebih dengan perbuatan nyata. Aku menuliskan surat ini kepadamu selama aku masih hidup. Kekasihku sudah disalibkan, maka aku pun tidak merindukan sesuatu yang duniawi melainkan merindukan persatuan segera dengan Dia."

Setiba di Roma, sambil diapit ketat oleh prajurit-prajurit kafir yang kejam, ia digiring masuk gelanggang binatang buas. Di sana tubuhnya yang suci diterkam dan dicabik-cabik singa-singa lapar. Darahnya yang suci membasahi tanah gelanggang itu yang telah menampung ribuan liter darah para martir yang mati demi kesetiaannya kepada Kristus. Ignatius menerima mahkota kemuliaannya pada tahun 107.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar