Polikarpus dilahirkan antara tahun 69 hingga 80. Ia adalah murid langsung dari Rasul Yohanes, saudara Yakobus; dua bersaudara, yang sangat dikasihi Yesus. Ia dibabtis menjadi seorang Kristen oleh Rasul Yohanes ketika pengikut Kristus masih sangat sedikit jumlahnya. Apa yang telah dipelajarinya dari Yohanes diajarkannya kepada yang lain. Polikarpus menjadi seorang imam dan kemudian diangkat menjadi Uskup Smyrna yang sekarang ini menjadi wilayah negara Turki. Ia menjadi Uskup Smyrna untuk masa yang cukup lama. Jemaat Kristiani perdana mengenalnya sebagai seorang gembala umat yang kudus serta pemberani.
Pada masa itu, umat Kristen mengalami penganiayaan serta pembantaian dalam masa pemerintahan Kaisar Markus Aurelius Karena orang-orang Kristen menolak menyembah kaisar dan dewa-dewa Romawi. Orang-orang Smyrna bersama para prajurit memburu orang-orang Kristen dengan pekikan, "Enyahkan orang-orang kristen kafir."
Banyak sudah orang Kristen ditangkap dan dibunuh di arena. Polikarpus sebagai uskup dan pemimpin umat Kristen di kota itu, menjadi target utama dan dikejar-kejar oleh prajurit Smyrna. Meskipun hamba Tuhan ini tidak takut mati, dan memilih tetap berdiam di kota; umatnya meminta agar ia terus bersembunyi. Mereka takut kalau-kalau ia ditangkap dan dibunuh; maka kematiannya akan mempengaruhi ketegaran gereja dan umat di masa penganiayaan ini.
Polikarpus telah meninggalkan kota itu dan bersembunyi di sebuah ladang milik teman-temannya. Bila pasukan mulai menyergap, ia pun melarikan diri ke ladang lain. Namun seseorang jemaat yang murtad kemudian mengkhianati Polikarpus dan melaporkannya kepada penguasa. Ketika orang-orang yang hendak menangkapnya datang, Polikarpus terlebih dulu mengundang mereka bersantap bersamanya. Kemudian ia meminta mereka untuk mengijinkannya berdoa sejenak. Ia kemudian berdoa dua jam lamanya.
Beberapa penangkap merasa sedih menangkap orang tua yang begitu baik ini. Dalam perjalanannya kembali ke Smyrna, kepala prajurit yang memimpin pasukan itu berkata, "Apa salahnya menyebut Kaisar sebagai Tuhan dan mempersembahkan bakaran kemenyan?"
Dengan tenang Polikarpus mengatakan bahwa ia tidak akan melakukannya.
Gubernur Romawi yang mengadilinya berusaha mencarikan jalan keluar untuk membebaskan uskup tua itu. "Hormatilah usiamu, Pak Tua," seru gubernur Romawi itu. "Bersumpahlah demi berkat Kaisar. Ubahlah pendirianmu serta berserulah, "Enyahkan orang-orang kristen kafir!"
Sebenarnya, gubernur Romawi itu ingin Polikarpus menyelamatkan dirinya sendiri dengan melepaskan dirinya dari orang-orang Kristen yang dianggap "kafir" itu. Namun, Polikarpus hanya memandang kerumunan orang yang sedang mencemohkannya. Sambil menunjuk ke arah mereka, ia berseru, "Enyahkan orang-orang kafir!" Gubernur Romawi itu berusaha lagi: "Angkatlah sumpah dan saya akan membebaskanmu. Hujatlah Kristus!"
Polikarpus pun berdiri dengan tegar dan berkata : "Selama 86 tahun aku telah mengabdi kepada Kristus dan Ia tidak pernah menyakitiku. Bagaimana aku dapat mencaci Raja yang telah menyelamatkanku?"
Pertukaran pendapat antara sang uskup dan gubernur Romawi berlanjut. Pada suatu saat, Polikarpus menghardik lawan bicaranya: "Jika kamu... berpura-pura tidak mengenal saya, dengarlah baik-baik: Saya adalah seorang Kristen. Jika Anda ingin mengetahui ajaran Kristen, luangkanlah satu hari khusus untuk mendengarkan saya."
Gubernur Romawi itu pun mengancam akan melemparkan dia ke binatang-binatang buas. "Panggil binatang-binatang itu!" seru Polikarpus. "Jika hal itu akan mengubah keadaan buruk menjadi baik, tetapi bukan keadaan yang lebih baik menjadi lebih buruk."
Ketika ia diancam akan dibakar, Polikarpus menjawab, "Apimu akan membakar hanya satu jam lamanya, kemudian akan padam, namun api penghakiman yang akan datang adalah abadi."
Akhirnya Polikarpus dinyatakan sebagai orang yang tidak akan menarik kembali pernyataan-pernyataannya. Rakyat Smyrna pun berteriak: "Inilah guru dari Asia, bapa orang-orang Kristen, pemusnah dewa-dewa kita, yang mengajar orang-orang untuk tidak menyembah (dewa-dewa) dan mempersembahkan korban sembelihan."
Gubernur Romawi menitahkan agar ia dibakar hidup-hidup. la diikat pada sebuah tiang pancang dan dibakar. Api berkobar namun, menurut para saksi mata, badan orang suci ini tidak termakan api. "la berada di tengah, tidak seperti daging yang terbakar, tetapi seperti roti di tempat pemanggangan, atau seperti emas atau perak dimurnikan di atas tungku perapian. Kami mencium aroma yang harum, seperti wangi kemenyan atau rempah mahal." Dan seperti yang dikatakan Polikarpus sebelumnya; api hanya menyala selama satu jam lalu padam, dan Uskup Polikarpus tetap segar-bugar berdiri diatas sisa-sisa kayu pembakaran. Seorang algojo kemudian menikam sang uskup tepat dilambungnya; dan Polikarpus kemudian wafat sebagai martir. Ia pergi untuk tinggal selama-lamanya bersama Raja Ilahi yang telah dilayaninya dengan gagah berani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar